Cerita tentang Cindelaras Dan Ayam Jago Sakti
Cerita tentang Cindelaras Dan Ayam Jagonya
Dongeng cindelaras image by Penuliscilik.com |
Istri Muda merasa iri kepada Istri Tertua, ia merasa bahwa dirinya yang layak menjadi permaisuri kerajaan. Sehingga ia mencari berbagai cara supaya dapat menyingkirkan Istri Tertua dari kerajaan Jenggala. Ya, ia dengan sengaja membuat perjanjian kepada seorang dukun yang akan disewanya untuk bersandiwara di hadapan Raden Putra.
Pada suatu hari Istri Muda mengalami sakit parah, sehingga sang raja Raden Putra mencari dukun yang dapat menyembuhkan istrinya. Ternyata ia memilih dukun yang telah bersepakat dengan Istri Muda.
“Wahai Raja yang agung, aku telah menemukan penyebab sakit Istri Muda.” Sang dukun mengabarkan perihal penyebab sakit Istri Muda.
“Kenapa itu wahai, Dukun sakti?” tanya Raden Putra yang penasaran.
“Sebenarnya Istri Muda telah diracuni oleh Istri Tertua, percayalah itu Raja,” ucap sang dukun yang sengaja membuat keterangan palsu tentang sakit Istri Muda.
Mendengar pernyataan palsu sang dukun maka Raden Putra langsung percaya, sehingga raja memberikan hukuman kepada Istri Tertua, yakni hukuman mati.
“Wahai, Patih kerajaan! Telah kuputuskan bahwa Istri Tertua telah melakukan tindakan kriminal dan tidak terhormat.” Raden Putra menjelaskan dengan tegas. “Maka aku jatuhi hukuman mati atas tindakan ini.”
“Baiklah yang Mulia. Kemudian apa yang harus hamba lakukan?” tanya Patih kerajaan terkejut dengan nasib permaisuri Istri Tertua yang terkenal sangat baik dan bijaksana.
“Bawalah ke dalam hutan dan engkau berhak membunuhnya di sana,” perintah Raden Putra.
“Pedangmu telah diizinkan untuk menghunus Permaisuri Istri Tertua.”
Istri Tertua tak berkata apa-apa sebab ia sudah tercekat oleh air mata yang sudah meleleh di pipinya. Sebelumnya ia hendak memberi kabar bahagia bahwa kini ia tengah hamil muda. Akan tetapi kebahagiaan itu tak akan lagi baik untuk diceritakan apalagi kini ia hendak menghadapi hukuman mati.
Kemudian Istri Tertua segera mempersiapkan kepergiannya setelah sebelumnya berganti pakaian tahanan kerajaan. Ya, hanya pakaian yang berwarna putih kini telah ia kenakan kemudian melepaskan mahkota permaisuri kerajaan yang diserahkan pada abdi kerajaan.
“Mari, Permaisuri!” seru Patih dengan suara yang pelan, tapi ternyata terdengar oleh Istri Muda.
“Wahai, Patih! Jangan sekalipun engkau memanggilnya Permaisuri. Sebab sekarang akulah
Permaisurinya.” Istri Muda menegaskan dengan suara yang lantang, semua orang yang hadir di acara sidang mendengarnya.
Patih kerajaan memahami maksud Istri Muda, kemudian mereka keluar dari gerbang istana dimana Patih dan Istri Tertua hendak menuju hutan dengan menggunakan dua kuda sebagai kendaraannya.
***
Istri Tertua dan Patih kerajaan akhirnya berhenti di salah satu tempat yang tepat, mereka berada di tengah hutan yang sepi tanpa penghuni. Istri Tertua mengucapkan terima kasih kepada Patih kerajaan.
“Wahai Patih! Terima kasih engkau sudah mengantarku ke tempat terakhirku di dunia.” Istri Tertua menatap Patih kerajaan yang begitu mulia selalu setia kepada kerajaan Jenggala.
“Sama-sama, Permaisuri. Hamba hanya melakukan perintah kerajaan,” ucap Patih kerajaan.
“Sebelum engkau mengakhiri hidupku di tempat ini, aku hanya ingin kau berjanji untuk menjaga suamiku Raden Putra. Engkau harus berada di sisinya untuk melindungi hidupnya.” Istri Tertua tersenyum mendengar nama suaminya ia sebut sendiri. Ya, suaminya tidak ikut melihat hidupnya akan berakhir pada sebuah kejahatan yang sekalipun tidak pernah ia lakukan.
“Baiklah, Permaisuri,” ujar Patih yang tertunduk paham.
“Kemudian aku ingin memberitahumu soal kebahagiaan yang belum sempat aku kabarkan kepada semua orang di kerajaan Jenggala,” ucap Istri Tertua yang berkali-kali menguatkan diri supaya bisa menerima nasib hidupnya kini yang akan segera berakhir.
“Apa itu, Permaisuri?” tanya Patih kerajaan.
“Aku hendak memiliki seorang penerus kerajaan. Ya, aku sedang mengandung anak Raden Putra.” Istri Tertua bahagia bisa membagikan kebahagiaan tentang kehamilannya kepada orang lain. “Sekarang, kupersilakan engkau mengakhiri hidupku, Patih. Lakukan sekarang juga!”
Patih kerajaan tak lagi bicara, dia hanya termenung.
“Tidak, Permaisuri.” Patih kerajaan menolak untuk melakukan tugasnya. “Untuk pertamakalinya hamba tidak akan melakukan tindakan kesetiaan terhadap kerajaan.”
Akhirnya Patih kerajaan membiarkan Istri Tertua tetap hidup, ia yakin bahwa telah terjadi kesalahpahaman di kerajaan Jenggala.
“Lalu bagaimana dengan kabar kematianku, Patih?” tanya Istri Tertua.
“Hamba akan mengaturnya, Permaisuri. Sekarang tinggallah di hutan ini untuk sementara. Hamba meminta Permaisuri tetap hidup untuk penerus kerajaan Jenggala,” ucap Patih kerajaan yang melepaskan hukumannya. “Suatu hari nanti kerajaan Jenggala akan membutuhkan penerusnya.”
***
Permaisuri Istri Tertua akhirnya bisa bertahan hidup di dalam hutan, bahkan ia menghabiskan waktu yang lebih lama di dalam hutan. Melalui bantuan Patih kerajaan, ia bisa tinggal di dalam pondok yang nyaman untuk ditinggalinya. Ya, meskipun untuk beberapa saat ia harus menghilang dari semua orang. Karena di luar sana ia telah dikira meninggal akibat hukuman yang menimpanya.
Hari berganti begitu cepat dan akhirnya ia melahirkan seorang anak yang susah payah ia jaga dengan sisa kekuatan yang ada. Ia seorang bayi laki-laki yang diberi nama Cindelaras.
Cindelaras tumbuh menjadi anak yang baik dan mudah beradaptasi, ia selalu bermain dengan para hewan-hewan hutan dengan suka cita. Ya, mereka selalu bermain bersama. Kemudian pada suatu hari ia mendapati seekor elang yang menjatuhkan sebutir telur ke tanah. Tiba-tiba telur itu menetas dan secara ajaib berubah menjadi ayam jantan yang memiliki kokok yang tidak biasa.
“Wahai, Cindelaras engkau adalah seorang anak Raja yang agung.” Ayam jantan itu bisa bicara.
“Apa maksudmu? Dan kenapa engkau bisa bicara?” tanya Cindelaras yang merasa kaget mendapati hewan yang bisa berbicara.
Sang ayam menceritakan asal-usul Cindelaras dan menjelaskan bahwa ia seorang anak dari kerajaan Jenggala. Kemudian akhirnya ia mengerti mengapa sang ibu tidak pernah memberi tahu perihal asal-usulnya. Bahkan sang ibu selalu berusah menutupi silsilah dari pihak ayahnya sendiri.
***
Cindelaras Bertemu Ayahnya—Berulangkali ibu Cindelaras melarang anaknya untuk pergi menuju kerajaan Jenggala. Akan tetapi hal itu tidak diindahkan oleh Cindelaras yang akhirnya melakukan perjalanan bersama ayam jagonya menuju kerajaan Jenggala. Maka dengan terpaksa, ibu Cindelaras menyetujui keinginan anaknya meskipun dengan perasaan yang waswas, ia takut terjadi hal yang buruk kepada putra satu-satunya.
Cindelaras terus melakukan perjalanan yang sangat jauh menuju kerajaan Jenggala yang terkenal. Beruntungnya ia diberi bekal yang cukup oleh ibunya yang sudah mempersiapkan segala kebutuhan selama di perjalanan.
Di tengah perjalanan yang ditemani ayam jago Cindelaras, ia melihat banyak orang berkerumun penuh dengan keramaian dan sorak-sorak yang riuh di sekitarnya. Sehingga hal itu menarik perhatian Cindelaras untuk mendekatinya. Ternyata di sana ada kegiatan sabung ayam atau adu ayam.
Melalui persetujuan ayam Cindelaras yang sakti itu, maka ayam jagonya ikut menjadi salah satu peserta. Kemudian ayam Cindelaras menjadi ayam yang tidak terkalahkan oleh ayam-ayam yang lainnya. Berulangkali Cindelaras dan ayamnya memenangkan kegiatan adu ayam yang diadakan di beberapa daerah selama perjalanan menuju istana Jenggala. Sehingga hadiah yang mereka terima menjadi tambahan bekal selama di perjalanan yang masih jauh untuk dituju.
Berita tentang ayam Cindelaras akhirnya sampai ke kerajaan Jenggala, sehingga membuat Raden Putra ingin mengundangnya ke dalam kegiatan sabung ayam di istana. Maka dengan mudah Cindelaras dijemput pihak kerajaan Jenggala untuk menghadap sang raja Raden Putra.
Kabar itu menjadi kebahagiaan tersendiri, dimana tanpa sepengetahuan orang-orang istana bahwa Cindelaras akan bertemu dengan ayahnya sendiri. ya, seorang ayah yang menjatuhi hukuman mati kepada ibunya saat ia berada di dalam kandungan. Entahlah, berbagai rasa di dalam hati Cindelaras membuat ia hanya bertujuan untuk menyanggupi undangan sang raja Raden Putra dari jenggala.
***
Tibalah Cindelaras bersama ayam jagonya di depan gerbang istana. Dimana ia disambut oleh seorang lelaki yang sudah tua namun masih tampak kegagahan yang terlihat dari bahasa tubuhnya itu.
“Wahai anak muda, perkenalkan aku Patih kerajaan yang akan menemanimu menghadap Raja,” ucap Patih kerajaan yang memperkenalkan dirinya di hadapan anak muda yang menjadi petarung hebat bersama ayamnya.
Cindelaras tertegun melihat Patih kerajaan yang ternyata masih hidup. Ya, ibunya pernah bercerita tentang seorang Patih kerajaan yang baik hati, Patih yang menyelamatkan kehidupan seorang ibu di tengah hutan. Kemudian ayam jagonya bercerita bahwa seorang Patih kerajaan justru telah menyelamatkan hidup Cindelaras dan ibunya.
Tanpa banyak kata, Cindelaras segera berkata, “Wahai, Patih kerajaan bolehkah aku menggandeng tanganmu?”
Sontak saja Patih kerajaan tertegun mendengar permintaan seorang anak kecil bernama Cindelaras. “Tentusaja, anak muda. Engkau bisa menggandeng tanganku sekarang.”
Cindelaras akhirnya menggandeng tangan Patih kerajaan, ia yang merasa diselamatkan oleh seseorang yang kini sudah semakin tua dengan rambutnya yang sudah memutih itu. Kemudian tak berapa lama mereka sampai di sebuah arena pertandingan ayam. Ya, arena sabung ayam. Kemudian Raden Putra sudah duduk di singgasananya yang tinggi, ia bisa melihat seluruh arena dengan lebih leluasa sesuka hatinya.
“Wahai anak muda, bisakah engkau memperkenalkan diri!” Raden Putra meminta Cindelaras untuk memperkenalkan dirinya di hadapan seluruh anggota istana dan rakyat jenggala.
Kemudian Cindelaras maju ke depan, “Namaku Cindelaras yang tinggal di tengah hutan bersama seorang ibu terbaik di dunia. Aku tidak memiliki ayah tapi aku memiliki sosok seorang ayah. Dia orang yang mengantarku sampai ke hadapanmu, Baginda!”
Raden Putra terkejut mendengar penjelasan Cindelaras, begitupun dengan Patih kerajaa. Mereka berspekulasi tentang banyak dugaan yang belum bisa dibuktikan. Kemudian keduanya segera menepis kecurigaannya dan kembali fokus pada pertandingan.
Pertandingan dikawal oleh seorang pengatur pertarungan yang bertindak untuk mengawal pertandingan. Kemudian terdengarlah aba-aba dimulai dan semuanya penonton riuh seketika.
Setelah beberapa ronde yang berlangsung, akhirnya ayam Cindelaras yang memenangkan pertandingan. Melihat kenyataan itu, maka raja Jenggala Raden Putra langsung turun ke dalam arena.
“Engkau memang hebat, anak muda. Sungguh engkau memiliki ayam yang hebat dan tidak terkalahkan. Kini aku mengakui kehebatanmu,”puji Raden Putra pada Cindelaras dan ayam jagonya.
“Apa hadiah yang engkau inginkan?”
“Wahai Raja, aku belum pernah memakan sebutir nasi selama hidupku. Ibuku tidak pernah memberiku makan nasi tapi hanya buah dan umbi,” jelas Cindelaras. “Maka aku menginginkan sawah yang daunnya tertutupi sapu tangan ini.”
Ya, Cindelaras menunjukkan sehelai kain yang kecil tak lebih dari ukuran lima jarinya. Sang raja menganggap bahwa Cindelaras tengah bercanda. Kemudian ia menyetujuinya.
“Engkau boleh mengambilnya, anak muda.” Sang raja mengizinkannya. Kemudian sapu tangan itu dilemparkan ke atas daun padi, lalu secara tiba-tiba sapu tangan itu menjadi lebar dan sangat luas. Sehingga menutupi sebidang tanah sawah yang luas. Maka dengan raut yang tak percaya, raja Jenggala memberikannya kepada Cindelaras.
Baca Juga : Kumpulan Cerita Anak
“Cindelaras, anakku!” seru ibu Cindelaras yang memanggil namanya.
Sontak Cindelaras menuju sumber suara dan langsung berlari menuju ibunya, “lihatlah, Ibu. Sekarang kita punya sawah dan kita nanti bisa makan nasi sepuasnya.”
“Engkau memang anak pintar, Cindelaras.” Ibunya berulangkali memuji Cinderalas dengan bangga.
“Permaisuri?” tanya raja Jenggala yang terkejut melihat ibu Cindelaras. “Kaukah itu?”
“Iya, Raja. Ini aku dan anakku Cindelaras.” Ibu Cindelaras menjawab dengan tegas. “Aku masih hidup berkat bantuan Patih kerajaan.”
Patih kerajaan sangat kaget dengan pernyataan ibu Cindelaras sekaligus bahagia melihat kenyataan bahwa orang yang diselamatkannya masih hidup dan berumur panjang.
Sang raja Jenggala Raden Putra merasa menyesal atas keputusannya yang telah mengusir permaisur Istri Tertua dari istananya.
Cindelaras dan ibunya kemudian pergi menuju kawasan sawah yang saat ini mereka miliki. Ya, akhirinya mereka dan dkerajaan Jenggala kembali damai setelah kembalinya permaisuri dan penerus kerajaan Jenggala, Cindelaras.
***
Selesai
Pesan Moral : yang dapat diambil dari kisah ini adalah kita tidak boleh menjadi pribadi yang mudah menyerah, apalagi harus berhenti dari sebuah perjuangan. Sebab usaha yang optimal akan memberikan hasil optimal, begitupun sebaliknya.
Kesimpulan: Artikel/cerita rakyat ini bertujuan untuk mengedukasi setiap pembaca supaya dapat mengambil hikmah dan pesan-pesan terbaik. Kita harus pintar untuk tetap bersemangat menuju cita-cita yang diinginkan.
Desiana P
Belum ada Komentar untuk "Cerita tentang Cindelaras Dan Ayam Jago Sakti"
Posting Komentar