Cerita Rakyat Roro Jonggrang Dongeng Anak
Cerita Rakyat Roro Jonggrang - Pertemuan Bondowoso—Dikisahkan di sebuah wilayah jawa tengah dan yogyakarta. Dahulu kala terdapat dua kerajaan yang jaraknya berdekatan antara satu dan lainnya. Yakni kerajaan Pengging dan kerajaan Baka, dimana kerajaan Pengging memiliki tanah yang subur dan sejahtera. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Damar Maya. Sedangkan kerajaan Baka dipimpin oleh Prabu Baka, dimana kerajaan Baka adalah kerajaan yang penduduknya adalah raksasa yang suka memakan manusia.
Kedua kerajaan ini memiliki masing-masing putra yang mereka banggakan, dimana Prabu Damar Maya dari kerajaan Pengging memiliki putra bernama Bandung Bondowoso, sedangkan Prabu Baka dari kerajaan Baka memiliki putri cantik bernama Roro Jonggrang.
Pada suatu hari Prabu Baka menyerukan perang kepada kerajaan Pengging. Ia bertujuan untuk memperluas daerah kekuasaan raja Baka. Maka terjadilah peperangan dahsyat di kerajaan Pengging. Sehingga banyak korban berjatuhan, mereka kelaparan dan sebagian lagi banyak yang terluka.
Melihat kejadian itu maka Prabu Damar Maya dari kerajaan Pengging merasa sangat terpukul melihat kondisi kerajaannya. Ia memerintahkan putranya Bandung Bondowoso untuk menemui Raja Baka di istananya. Bandung Bondowoso hendak mengakhiri perang supaya tidak ada lagi korban yang berjatuhan.
Sampailah Bandung Bondowoso di kerajaan Baka, akan tetapi belum sempat ia masuk dan mengutarakan maksud kedatangannya, ia segera dihadang oleh Prabu Baka, raja dari kerajaan Baka.
“Engkau terkutuk jika berani memasuki istanaku yang berharga!” seru Prabu Baka yang tiba-tiba datang dari arah yang tidak terduga.
Sontak Bandung Bondowoso merasa terkejut, “Wahai, Prabu Baka! Aku tidak memiliki maksud jahat!”
Sekalipun Prabu Baka tidak mempercayai Bandung Bondowoso, dimana ia adalah putera dari musuh perangnya dari kerajaan Pengging. Lebih tepatnya anak dari kerajaan Pengging Prabu Damar Maya.
“Aku tidak akan percaya kepadamu,” ucap Prabu Baka. “Sebelum mendapatkan tanganmu telah terpotong dari sendinya!”
Kemudian dengan langkah cepat Prabu Baka berlari menuju Bandung Bondowoso sembari memegang sebilah pedang. Melihat dirinya akan terancam, maka dengan terpaksa Bandung Bondowoso juga mengeluarkan pedangnya sebagai pembelaan diri. Terjadilah pertarungan antara dua petarung yang hebat. Berkali-kali Bandung Bondowoso berhasil menangkis serangan Prabu Baka yang berapi-api. Ya, emosi yang tinggi terlihat dari wajah Prabu Baka yang sangat marah ketika melakukan serangan.
Pertarungan berlangsung dengan sengit antara keduanya, kemudian pada akhirnya Prabu Baka dari kerajaan Baka menjadi pihak yang kalah, sedangkan Bandung Bondowoso menjadi pihak yang menang. Bahkan Prabu Baka telah tewas akibat pertarungan tersebut. Sehingga dengan cepat tersebarlah kabar bahwa Prabu baka telah tewas. Seluruh penghuni kerajaan panik mendengarnya, padahal hampir saja mereka akan mendapatkan kemenangan setelah melakukan peperangan kepada kerajaan Pengging.
Bandung Bondowoso kemudian segera memasuki istana kerajaan Baka yang megah dan luas, tentu saja karena kerajaan ini milik para raksasa yang terkadang memakan manusia sepertinya. Akan tetapi Bandung Bondowoso bukanlah manusia biasa, ia sudah dibekali dengan ilmu-ilmu yang dapat menaklukkan rasa takut dan banyaknya musuh di hadapannya. Sehingga tak ada alasan lain untuk mundur dari keputusan yang sudah mengantarnya hingga ke tempat ini.
Mendengar kabar bahwa ayahnya terbunuh dalam duel pertarungan. Maka Roro Jonggrang merasa sedih, ia tidak ingin kehilangan sosok ayah seperti Prabu Baka di dalam hidupnya. Roro Jonggrang tengah meratapi kesedihannya sendiri di dalam ruangan yang biasa dipakainya untuk menghabiskan waktu bersama ayahnya. Tak terasa kini tak akan ada lagi kebahagiaan dan tawa yang biasa ia lalui bersama sang ayah.
Roro Jonggrang merasa sangat marah dengan kematian ayahnya, Prabu Baka. Kemudian ia menjadi dendam kepada pembunuh ayah yang sangat ia cintai. Ia mendapatkan informasi bahwa pembunuh ayahnya bernama Bandung Bondowoso, putra dari kerajaan Pengging. Mendengar hal itu maka Roro Jonggrang bersumpah untuk bisa membalaskan dendam atas kematian ayahnya.
Sedangkan di posisi yang lain Bandung Bondowoso akhirnya sudah sampai di ruangan utama kerajaan. Kemudian ia terkejut dengan keberadaan seorang perempuan cantik di dalam kerajaan raksasa.
“Wahai, Nona siapakah engkau?” tanya Bandung Bondowoso.
“Aku adalah Roro Jonggrang, putri dari Prabu Baka.” Roro Jonggrang menjawab dengan tegas, ia merasa terganggu dengan kehadiran seorang lelaki di saat ia sedang meratapi kesedihan.
Bandung Bondowoso sangat kaget mendengar pernyataan seorang gadis cantik bernama Roro Jonggrang. Tak seorangpun akan mengira jika perempuan cantik itu adalah putri seorang raksasa. Ia terlalu cantik, sangat cantik. Sehingga membuat Bandung Bondowoso merasa telah jatuh cinta kepadanya.
“Aku tidak mempercayainya,” ujar Bandung Bodowoso. “Aku adalah orang yang tanpa sengaja telah membuat ayahmu terbunuh.”
“Apa?” tanya Roro Jonggrang kaget. “Kau pembunuh ayahku?”
“Sungguh aku tidak sengaja telah mengarahkan pedangku ke dadanya,” ucap Bandung Bondowoso yang merasa menyesal. Apalagi ia telah membunuh ayah dari seorang perempuan yang amat cantik, sungguh ia menyesali perbuatannya.
“Aku tidak akan pernah mengampuni manusia yang telah membunuh ayahku,” ucap Roro Jonggrang.
“Aku tidak akan pernah memaafkannya seumur hidupku.”
Ya, seperti ayahnya Prabu Baka, Roro Jonggrang memiliki sikap angkuh dan teguh yang serupa. Sehingga raja Prabu Baka dikenal sebagai raja pendendam, kemudian bisa jadi kini giliran putri kesayangannya Roro Jonggrang telah mengikuti jejak ayahnya.
Kemudian Bandung bondowoso tak bisa marah terhadap sikap Roro Jonggrang padanya, sebab ia merasa terperangkap ke dalam jebakan parasnya yang sangat cantik. Semua orang pasti akan bernasib sama sepertinya. Terpaku pada alasan yang sama.
“Itu terserah padamu saja, Nona.” Bandung Bondowoso berniat untuk tidak menyerah pada Roro Jonggrang, “Aku akan kembali untuk mendapatkanmu.”
Tanpa banyak kata akhirnya Bandung Bondowoso kembali menuju istananya. Ia hendak memberikan kabar gembira kepada ayahnya. Dimana ia telah mengakhiri perang dan telah menemukan gadis impiannya, ialah Roro Jonggrang.
Kemudian Bandung Bondowoso menhentikan langkahnya lalu berbalik ke hadapan Roro Jonggrang. “Nona, aku sudah mengetahui namamu. Apakah engkau Roro Jonggrang.”
Hendak kemanakah ia akan berhenti, benarkah tidak ada lagi pilihan lain selain Roro Jonggrang seorang putri raksasa. Mungkin Bandung Bondowoso sudah terjebak dengan pesona Roro Jonggrang.
Mungkin tak akan mudah meruntuhkan hatinya, namun berkali-kali Bandung Bondowoso meyakini jika Roro Jonggrang juga mengharapkannya. Meskipun harus ada kesedihan tentang ayahnya, berkali-kali Bandung Bondowoso berharap jika ia akan bersama Roro Jonggrang.
Mampukah Bandung Bondowoso menaklukkan hati seorang Roro Jonggrang yang penuh dendam. Maka dengan penuh percaya diri ia akan mendapatkannya dengan berbagai cara, ia juga bisa mengeluarkan seluruh kekuatan yang membantunya untuk menaklukkan sang pujaan hati.
Hanya sang kuasa yang mengetahui segala kejadian, suasana hati dan bahkan seluruh kehidupan. Kita tinggal menunggu.
Roro Jonggrang yang Malang—Bandung Bondowoso segera pulang menuju istana dengan perasaan gembira. Ya, sebab ia telah menemukan seorang perempuan yang kini sudah berhasil menaklukkan hatinya. Tak hanya itu, ia akan segera melamar Roro Jonggrang setelah nanti ia mendapatkan restu dari ayahnya, Prabu Damar Maya.
“Wahai baginda raja! Aku sudah mengakhiri perang yang selama ini terjadi.” Bandung Bondowoso menjelaskan dengan tegas dan sikap yang tegak di hadapan ayahnya.
Sebelum bicara maka Prabu Damar Maya tersenyum bahagia mendengar keberhasilan putranya untuk mrnghentikan perang.
“Engkau memang anakku yang hebat, Bandung Bondowoso,” ucap sang ayah kepada Bandung Bondowoso. “Apa hadiah yang engkau inginkan, anakku?”
Bandung Bondowoso merasa memiliki kesempatan yang langka, maka ia akan gunakan untuk mencapai keinginannya. “Wahai baginda! Saya hanya meminta restu kepadamu, supaya aku dapat melamar seorang wanita di kerajaan tetangga.”
Prabu Damar Maya merasa sangat terkejut ketika mendengar ucapan anaknya, Bandung Bondowoso. “Benarkah itu anakku?” tanya Prabu Damar Maya memastikan. “Siapakah gerangan gadis yang berhasil menaklukkan hatimu?”
“Ia adalah Roro Jonggrang, putri Prabu Baka.” Bandung Bondowoso menjawab. “Ia sudah membuatku jatuh cinta kepadanya.”
Sekilas Prabu Damar Maya tidak percaya dengan apa yang diucapkan anaknya sendiri. Akan tetapi setelah berulangkali diyakinkan, maka akhirnya Bandung Bondowoso mendapat restu yang ia harapkan.
“Pergilah anakku, Bandung Bondowoso. Lamarlah ia jika memang itu sudah menjadi keputusanmu.” Prabu Damar Maya merelakan anaknya Bandung Bondowoso untuk melamar gadis pujaannya yang bernama Roro Jonggrang.
“Baiklah, terima kasih Baginda Raja." Bandung Bondowoso segera mengucapkan terima kasih kepada ayahnya. Ya, ia diliputi oleh banyak kebahagiaan yang begitu membuncah. Tentu saja ia akan segera melamar gadis pujaannya Roro Jonggrang.
Bandung Bondowoso kemudian datang ke kerajaan Baka untuk kedua kalinya. Kini ia tidak pergi sendiri melainkan ditemani oleh serombongan pengawal dan abdi yang membawa barang-barang dan perhiasan. Ya, Bandung Bondowoso hendak melamar Roro Jonggrang untuk menjadi istrinya.
Roro Jonggrang merasa kaget setelah mendapat kabar dari seorang Patih kerajaan bahwa rombongan Bandung Bondowoso telah memasuki area istana. Tak ada penolakan dari pengawal kerajaan untuk menghalau mereka masuk ke istana, sebab masih dalam proses berkabung meninggalnya raja Baka yakni Prabu Baka. Sebuah tradisi kerajaan Baka, dimana akan mempersilakan siapa saja untuk masuk ke dalam istana selama masa berkabung apabila mereka tidak menodongkan senjata.
Sehingga rombongan Bandung Bondowoso secara leluasa memasuki area istana dengan perasaan yang tenang, apalagi ia sedang diliputi perasaan yang bahagia karena hendak melamar gadisnya yang cantik. Tentu saja Bandung Bondowoso akan berhasil membujuk Roro Jonggrang untuk mau menikah dengannya, sebab ia telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan sangat rapih dan apik. Ia sangat percaya terhadap dirinya sendiri, bahwa Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso akan bersatu dalam ikatan pernikahan.
“Biarkan rombongan Bandung Bondowoso masuk ke dalam istana, Patih!” seru Roro Jonggrang kepada Patih kerajaan. Kemudian tanpa banyak kata Patih kerajaan langsung keluar menuju pintu utama ke dalam istana.
Rombongan Bandung Bondowoso akhirnya sudah tiba dan bertemu dengan Roro Jonggrang di balai pertemuan. Tampaklah Bandung Bondowoso yang bahagia sedangkan Roro Jonggrang yang merasa kesal dan benci kepada Bandung Bondowoso.
“Wahai, Bandung Bondowoso! Ada apa gerangan engkau datang ke istana Baka?” tanya Roro Jonggrang yang duduk di kursi utama, sedangkan Bandung Bondowoso duduk di hadapannya.
Bandung Bondowoso menghela nafas kemudian tersenyum, “Seperti janjiku sebelumnya bahwa aku akan datang untuk melamarmu, Roro Jonggrang.”
Roro Jonggrang tertawa, “Tapi kenapa engkau begitu percaya diri jika aku akan menerima lamaranmu itu?” tanya Roro Jonggrang yang seolah penasaran dengan jawaban Bandung Bondowoso.
“Sebab ramalan telah menjatuhkan sebuah takdir, bahwa aku akan memilikimu,” jawab Bandung Bondowoso yang tertawa bangga.
Terjadilah perdebatan yang cukup alot diantara keduanya, dimana Roro Jonggrang tetap pada pendiriannya yang tidak ingin menerima Bandung Bondowoso. Sedangkan Bandung Bondowoso tetap berusaha untuk tetap mendapatkan hati Roro Jonggrang. Pada akhirnya didapatkan sebuah keputusan yang diungkapkan pertama kalinya oleh Roro Jonggrang.
“Wahai Bandung Bondowoso, aku akan menerima lamaranmu,” ucap Roro Jonggrang. “Asal engkau bisa mewujudkan persyaratanku.”
“Benarkah itu, Roro Jonggrang?” tanya Roro Jonggrang yang kaget sekaligus bahagia karena mendengar Roro Jonggrang menyetujui lamarannya. “Apa persyaratannya?”
Roro Jonggrang segera tersenyum, “Aku ingin dibuatkan sebuah sumur dan 1000 buah candi dalam waktu semalam, bagaimana Bandung Bondowoso?”
“Baiklah, aku menyetujui persyaratannya.” Bandung Bondowoso menyetujui persyaratan Roro Jonggrang dengan penuh percaya diri.
“Aku akan melihat kesungguhanmu itu, Bandung Bondowoso!” seru Roro Jonggrang kepada calon suaminya, Bandung Bondowoso.
Bandung Bondowoso sangat bersemangat untuk mengerjakan syarat dari calon istrinya Roro Jonggrang. Langkah pertama yang ia lakukan adalah membuat sumur yang sangat dalam. Kemudian ketika ia menggali lebih dalam dibantu oleh kesaktian Bandung Bondowoso, terlihat jika sumur mendadak ditutup oleh penghalang besi yang ditahan oleh gundukkan tanah. Akan tetapi ia berhasil keluar dari dalam sumur berkat kekuatannya yang sakti. Kemudian ia mengetahui bahwa Roro Jonggrang yang telah ikut membantu orang-orang yang hendak menguburnya hidup-hidup di dalam sumur. Akan tetapi ia tidak bisa marah kepada Roro Jonggrang, hal itu terjadi setelah Bandung Bondowoso melihat kecantikan calon istrinya. Sekalipun ia tidak bisa bertindak gegabah apalagi harus marah kepadanya. Maka Bandung Bondowoso memaafkan kesalah Roro Jonggrang, sekalipun ia menahan emosinya sendiri.
Sumur yang dalam itu akhirnya selesai dengan cepat, apalagi airnya keluar dengan jumlah yang sangat banyak dan jernih. Selanjutnya Bandung Bondowoso mengerahkan seluruh kekuatannya untuk dapat membangun seribu candi dalam semalam, sesuai keinginan Roro Jonggrang. Ia memanggil seluruh pasukan ghaibnya. Seperti jin dan dedemit dalam jumlah yang sangat banyak. Kemudian mereka mulai melakukan seluruh pekerjaannya dari satu hingga dengan cepat menjadi seratus buah candi.
Malam menjadi kian larut, akan tetapi tak sekalipun Bandung Bondowoso untuk tertidur. Ia ingin segera menyelesaikan semua persyaratan untuk menikahi Roro Jonggrang. Akhirnya pasukan Bandung Bondowoso telah membangun ratusan candi. Sehingga membuat Bandung Bondowoso menjadi sangat bahagia, ia dengan percaya diri akan menyelesaikan seluruh persyaratan dan tantangan yang diberikan calon istrinya. Berkali-kali ia mengucapkan rasa terima kasih kepada sang kuasa, karena telah memudahkan segala keinginannya. Tak berapa lama lagi candi yang dibangun akan berjumlah seribu buah candi.
Baca Juga : Cerita Rakyat Timun Mas
Di lain tempat dimana Roro Jonggrang berada, ia kembali akan berusaha menggagalkan usaha Bandung Bondowoso untuk menyelesaikan semua persyaratan yang diberikannya. Telah terdengar kabar bahwa pasukan Bandung Bondowoso adalah kumpulan pasukan makhluk ghaib, mereka telah menyelesaikan 999 candi. Maka Roro Jonggrang membangunkan seluruh dayang-dayang istana untuk membantunya.
Roro Jonggrang memerintahkan para dayang untuk membakar jerami-jerami di ufuk timur. Kemudian sebagian dari mereka memukul-mukul tumbukkan padi. Sehingga terdengar oleh pasukan Bandung Bondowoso yang mengira bahwa suara itu sebagai pertanda datangnya pagi yang baru.
Seluruh pasukan bandung Bondowoso melarikan diri, mereka tidak mendengarkan teriakannya. Ya, para pasukannya merasa takut dengan sinar matahari pagi yang konon akan membakar tubuhnya.
Bandung Bondowoso merasa sangat marah. Apalagi setelah mengetahui bahwa suara itu diciptakan oleh Roro Jonggrang untuk menakuti pasukannya. Maka dengan kekuatan sakti Bandung Bondowoso, dikutuklah Roro Jonggrang menjadi sebuah candi. Sehingga genaplah seribu candi dalam satu malam. Akan tetapi Bandung Bondowoso tidak akan pernah menikahi Roro Jonggrang yang kini telah menjadi kaku, ia menjadi candi terkutuk.
Diceritakanlah bahwa satu candi di dalam kerajaan Baka dipercayai sebagai sosok Roro Jonggrang yang telah dikutuk karena kemarahan kekasihnya Bandung Bondowoso.
Pesan moral yang dapat diambil dari kisah ini adalah kita tidak boleh berbuat curang, karena itu merupakan perbuatan yang jelek. Sehingga jangan sekalipun melakukannya jika kita tidak siap menerima faktor terburuk yang siap menjemputmu. Seperti Roro Jonggrang yang menjadi sebuah candi, ia tidak memiliki waktu untuk menyesali perbuatannya. Sehingga ia hanya bisa diam tidak mampu memberi alasan apapun dan permohonan maaf selama hidupnya.
Gambar : kehidupannegriraya.wordpress.com |
Kedua kerajaan ini memiliki masing-masing putra yang mereka banggakan, dimana Prabu Damar Maya dari kerajaan Pengging memiliki putra bernama Bandung Bondowoso, sedangkan Prabu Baka dari kerajaan Baka memiliki putri cantik bernama Roro Jonggrang.
Pada suatu hari Prabu Baka menyerukan perang kepada kerajaan Pengging. Ia bertujuan untuk memperluas daerah kekuasaan raja Baka. Maka terjadilah peperangan dahsyat di kerajaan Pengging. Sehingga banyak korban berjatuhan, mereka kelaparan dan sebagian lagi banyak yang terluka.
Melihat kejadian itu maka Prabu Damar Maya dari kerajaan Pengging merasa sangat terpukul melihat kondisi kerajaannya. Ia memerintahkan putranya Bandung Bondowoso untuk menemui Raja Baka di istananya. Bandung Bondowoso hendak mengakhiri perang supaya tidak ada lagi korban yang berjatuhan.
Sampailah Bandung Bondowoso di kerajaan Baka, akan tetapi belum sempat ia masuk dan mengutarakan maksud kedatangannya, ia segera dihadang oleh Prabu Baka, raja dari kerajaan Baka.
“Engkau terkutuk jika berani memasuki istanaku yang berharga!” seru Prabu Baka yang tiba-tiba datang dari arah yang tidak terduga.
Sontak Bandung Bondowoso merasa terkejut, “Wahai, Prabu Baka! Aku tidak memiliki maksud jahat!”
Sekalipun Prabu Baka tidak mempercayai Bandung Bondowoso, dimana ia adalah putera dari musuh perangnya dari kerajaan Pengging. Lebih tepatnya anak dari kerajaan Pengging Prabu Damar Maya.
“Aku tidak akan percaya kepadamu,” ucap Prabu Baka. “Sebelum mendapatkan tanganmu telah terpotong dari sendinya!”
Kemudian dengan langkah cepat Prabu Baka berlari menuju Bandung Bondowoso sembari memegang sebilah pedang. Melihat dirinya akan terancam, maka dengan terpaksa Bandung Bondowoso juga mengeluarkan pedangnya sebagai pembelaan diri. Terjadilah pertarungan antara dua petarung yang hebat. Berkali-kali Bandung Bondowoso berhasil menangkis serangan Prabu Baka yang berapi-api. Ya, emosi yang tinggi terlihat dari wajah Prabu Baka yang sangat marah ketika melakukan serangan.
Pertarungan berlangsung dengan sengit antara keduanya, kemudian pada akhirnya Prabu Baka dari kerajaan Baka menjadi pihak yang kalah, sedangkan Bandung Bondowoso menjadi pihak yang menang. Bahkan Prabu Baka telah tewas akibat pertarungan tersebut. Sehingga dengan cepat tersebarlah kabar bahwa Prabu baka telah tewas. Seluruh penghuni kerajaan panik mendengarnya, padahal hampir saja mereka akan mendapatkan kemenangan setelah melakukan peperangan kepada kerajaan Pengging.
Bandung Bondowoso kemudian segera memasuki istana kerajaan Baka yang megah dan luas, tentu saja karena kerajaan ini milik para raksasa yang terkadang memakan manusia sepertinya. Akan tetapi Bandung Bondowoso bukanlah manusia biasa, ia sudah dibekali dengan ilmu-ilmu yang dapat menaklukkan rasa takut dan banyaknya musuh di hadapannya. Sehingga tak ada alasan lain untuk mundur dari keputusan yang sudah mengantarnya hingga ke tempat ini.
***
Mendengar kabar bahwa ayahnya terbunuh dalam duel pertarungan. Maka Roro Jonggrang merasa sedih, ia tidak ingin kehilangan sosok ayah seperti Prabu Baka di dalam hidupnya. Roro Jonggrang tengah meratapi kesedihannya sendiri di dalam ruangan yang biasa dipakainya untuk menghabiskan waktu bersama ayahnya. Tak terasa kini tak akan ada lagi kebahagiaan dan tawa yang biasa ia lalui bersama sang ayah.
Roro Jonggrang merasa sangat marah dengan kematian ayahnya, Prabu Baka. Kemudian ia menjadi dendam kepada pembunuh ayah yang sangat ia cintai. Ia mendapatkan informasi bahwa pembunuh ayahnya bernama Bandung Bondowoso, putra dari kerajaan Pengging. Mendengar hal itu maka Roro Jonggrang bersumpah untuk bisa membalaskan dendam atas kematian ayahnya.
Sedangkan di posisi yang lain Bandung Bondowoso akhirnya sudah sampai di ruangan utama kerajaan. Kemudian ia terkejut dengan keberadaan seorang perempuan cantik di dalam kerajaan raksasa.
“Wahai, Nona siapakah engkau?” tanya Bandung Bondowoso.
“Aku adalah Roro Jonggrang, putri dari Prabu Baka.” Roro Jonggrang menjawab dengan tegas, ia merasa terganggu dengan kehadiran seorang lelaki di saat ia sedang meratapi kesedihan.
Bandung Bondowoso sangat kaget mendengar pernyataan seorang gadis cantik bernama Roro Jonggrang. Tak seorangpun akan mengira jika perempuan cantik itu adalah putri seorang raksasa. Ia terlalu cantik, sangat cantik. Sehingga membuat Bandung Bondowoso merasa telah jatuh cinta kepadanya.
“Aku tidak mempercayainya,” ujar Bandung Bodowoso. “Aku adalah orang yang tanpa sengaja telah membuat ayahmu terbunuh.”
“Apa?” tanya Roro Jonggrang kaget. “Kau pembunuh ayahku?”
“Sungguh aku tidak sengaja telah mengarahkan pedangku ke dadanya,” ucap Bandung Bondowoso yang merasa menyesal. Apalagi ia telah membunuh ayah dari seorang perempuan yang amat cantik, sungguh ia menyesali perbuatannya.
“Aku tidak akan pernah mengampuni manusia yang telah membunuh ayahku,” ucap Roro Jonggrang.
“Aku tidak akan pernah memaafkannya seumur hidupku.”
Ya, seperti ayahnya Prabu Baka, Roro Jonggrang memiliki sikap angkuh dan teguh yang serupa. Sehingga raja Prabu Baka dikenal sebagai raja pendendam, kemudian bisa jadi kini giliran putri kesayangannya Roro Jonggrang telah mengikuti jejak ayahnya.
Kemudian Bandung bondowoso tak bisa marah terhadap sikap Roro Jonggrang padanya, sebab ia merasa terperangkap ke dalam jebakan parasnya yang sangat cantik. Semua orang pasti akan bernasib sama sepertinya. Terpaku pada alasan yang sama.
“Itu terserah padamu saja, Nona.” Bandung Bondowoso berniat untuk tidak menyerah pada Roro Jonggrang, “Aku akan kembali untuk mendapatkanmu.”
Tanpa banyak kata akhirnya Bandung Bondowoso kembali menuju istananya. Ia hendak memberikan kabar gembira kepada ayahnya. Dimana ia telah mengakhiri perang dan telah menemukan gadis impiannya, ialah Roro Jonggrang.
Kemudian Bandung Bondowoso menhentikan langkahnya lalu berbalik ke hadapan Roro Jonggrang. “Nona, aku sudah mengetahui namamu. Apakah engkau Roro Jonggrang.”
***
Hendak kemanakah ia akan berhenti, benarkah tidak ada lagi pilihan lain selain Roro Jonggrang seorang putri raksasa. Mungkin Bandung Bondowoso sudah terjebak dengan pesona Roro Jonggrang.
Mungkin tak akan mudah meruntuhkan hatinya, namun berkali-kali Bandung Bondowoso meyakini jika Roro Jonggrang juga mengharapkannya. Meskipun harus ada kesedihan tentang ayahnya, berkali-kali Bandung Bondowoso berharap jika ia akan bersama Roro Jonggrang.
Mampukah Bandung Bondowoso menaklukkan hati seorang Roro Jonggrang yang penuh dendam. Maka dengan penuh percaya diri ia akan mendapatkannya dengan berbagai cara, ia juga bisa mengeluarkan seluruh kekuatan yang membantunya untuk menaklukkan sang pujaan hati.
Hanya sang kuasa yang mengetahui segala kejadian, suasana hati dan bahkan seluruh kehidupan. Kita tinggal menunggu.
***
Roro Jonggrang yang Malang—Bandung Bondowoso segera pulang menuju istana dengan perasaan gembira. Ya, sebab ia telah menemukan seorang perempuan yang kini sudah berhasil menaklukkan hatinya. Tak hanya itu, ia akan segera melamar Roro Jonggrang setelah nanti ia mendapatkan restu dari ayahnya, Prabu Damar Maya.
Tibalah ia di istana Pengging dan segera menuju ruangan raja.
“Wahai baginda raja! Aku sudah mengakhiri perang yang selama ini terjadi.” Bandung Bondowoso menjelaskan dengan tegas dan sikap yang tegak di hadapan ayahnya.
Sebelum bicara maka Prabu Damar Maya tersenyum bahagia mendengar keberhasilan putranya untuk mrnghentikan perang.
“Engkau memang anakku yang hebat, Bandung Bondowoso,” ucap sang ayah kepada Bandung Bondowoso. “Apa hadiah yang engkau inginkan, anakku?”
Bandung Bondowoso merasa memiliki kesempatan yang langka, maka ia akan gunakan untuk mencapai keinginannya. “Wahai baginda! Saya hanya meminta restu kepadamu, supaya aku dapat melamar seorang wanita di kerajaan tetangga.”
Prabu Damar Maya merasa sangat terkejut ketika mendengar ucapan anaknya, Bandung Bondowoso. “Benarkah itu anakku?” tanya Prabu Damar Maya memastikan. “Siapakah gerangan gadis yang berhasil menaklukkan hatimu?”
“Ia adalah Roro Jonggrang, putri Prabu Baka.” Bandung Bondowoso menjawab. “Ia sudah membuatku jatuh cinta kepadanya.”
Sekilas Prabu Damar Maya tidak percaya dengan apa yang diucapkan anaknya sendiri. Akan tetapi setelah berulangkali diyakinkan, maka akhirnya Bandung Bondowoso mendapat restu yang ia harapkan.
“Pergilah anakku, Bandung Bondowoso. Lamarlah ia jika memang itu sudah menjadi keputusanmu.” Prabu Damar Maya merelakan anaknya Bandung Bondowoso untuk melamar gadis pujaannya yang bernama Roro Jonggrang.
“Baiklah, terima kasih Baginda Raja." Bandung Bondowoso segera mengucapkan terima kasih kepada ayahnya. Ya, ia diliputi oleh banyak kebahagiaan yang begitu membuncah. Tentu saja ia akan segera melamar gadis pujaannya Roro Jonggrang.
***
Bandung Bondowoso kemudian datang ke kerajaan Baka untuk kedua kalinya. Kini ia tidak pergi sendiri melainkan ditemani oleh serombongan pengawal dan abdi yang membawa barang-barang dan perhiasan. Ya, Bandung Bondowoso hendak melamar Roro Jonggrang untuk menjadi istrinya.
Roro Jonggrang merasa kaget setelah mendapat kabar dari seorang Patih kerajaan bahwa rombongan Bandung Bondowoso telah memasuki area istana. Tak ada penolakan dari pengawal kerajaan untuk menghalau mereka masuk ke istana, sebab masih dalam proses berkabung meninggalnya raja Baka yakni Prabu Baka. Sebuah tradisi kerajaan Baka, dimana akan mempersilakan siapa saja untuk masuk ke dalam istana selama masa berkabung apabila mereka tidak menodongkan senjata.
Sehingga rombongan Bandung Bondowoso secara leluasa memasuki area istana dengan perasaan yang tenang, apalagi ia sedang diliputi perasaan yang bahagia karena hendak melamar gadisnya yang cantik. Tentu saja Bandung Bondowoso akan berhasil membujuk Roro Jonggrang untuk mau menikah dengannya, sebab ia telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan sangat rapih dan apik. Ia sangat percaya terhadap dirinya sendiri, bahwa Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso akan bersatu dalam ikatan pernikahan.
“Biarkan rombongan Bandung Bondowoso masuk ke dalam istana, Patih!” seru Roro Jonggrang kepada Patih kerajaan. Kemudian tanpa banyak kata Patih kerajaan langsung keluar menuju pintu utama ke dalam istana.
Rombongan Bandung Bondowoso akhirnya sudah tiba dan bertemu dengan Roro Jonggrang di balai pertemuan. Tampaklah Bandung Bondowoso yang bahagia sedangkan Roro Jonggrang yang merasa kesal dan benci kepada Bandung Bondowoso.
“Wahai, Bandung Bondowoso! Ada apa gerangan engkau datang ke istana Baka?” tanya Roro Jonggrang yang duduk di kursi utama, sedangkan Bandung Bondowoso duduk di hadapannya.
Bandung Bondowoso menghela nafas kemudian tersenyum, “Seperti janjiku sebelumnya bahwa aku akan datang untuk melamarmu, Roro Jonggrang.”
Roro Jonggrang tertawa, “Tapi kenapa engkau begitu percaya diri jika aku akan menerima lamaranmu itu?” tanya Roro Jonggrang yang seolah penasaran dengan jawaban Bandung Bondowoso.
“Sebab ramalan telah menjatuhkan sebuah takdir, bahwa aku akan memilikimu,” jawab Bandung Bondowoso yang tertawa bangga.
Terjadilah perdebatan yang cukup alot diantara keduanya, dimana Roro Jonggrang tetap pada pendiriannya yang tidak ingin menerima Bandung Bondowoso. Sedangkan Bandung Bondowoso tetap berusaha untuk tetap mendapatkan hati Roro Jonggrang. Pada akhirnya didapatkan sebuah keputusan yang diungkapkan pertama kalinya oleh Roro Jonggrang.
“Wahai Bandung Bondowoso, aku akan menerima lamaranmu,” ucap Roro Jonggrang. “Asal engkau bisa mewujudkan persyaratanku.”
“Benarkah itu, Roro Jonggrang?” tanya Roro Jonggrang yang kaget sekaligus bahagia karena mendengar Roro Jonggrang menyetujui lamarannya. “Apa persyaratannya?”
Roro Jonggrang segera tersenyum, “Aku ingin dibuatkan sebuah sumur dan 1000 buah candi dalam waktu semalam, bagaimana Bandung Bondowoso?”
“Baiklah, aku menyetujui persyaratannya.” Bandung Bondowoso menyetujui persyaratan Roro Jonggrang dengan penuh percaya diri.
“Aku akan melihat kesungguhanmu itu, Bandung Bondowoso!” seru Roro Jonggrang kepada calon suaminya, Bandung Bondowoso.
***
Bandung Bondowoso sangat bersemangat untuk mengerjakan syarat dari calon istrinya Roro Jonggrang. Langkah pertama yang ia lakukan adalah membuat sumur yang sangat dalam. Kemudian ketika ia menggali lebih dalam dibantu oleh kesaktian Bandung Bondowoso, terlihat jika sumur mendadak ditutup oleh penghalang besi yang ditahan oleh gundukkan tanah. Akan tetapi ia berhasil keluar dari dalam sumur berkat kekuatannya yang sakti. Kemudian ia mengetahui bahwa Roro Jonggrang yang telah ikut membantu orang-orang yang hendak menguburnya hidup-hidup di dalam sumur. Akan tetapi ia tidak bisa marah kepada Roro Jonggrang, hal itu terjadi setelah Bandung Bondowoso melihat kecantikan calon istrinya. Sekalipun ia tidak bisa bertindak gegabah apalagi harus marah kepadanya. Maka Bandung Bondowoso memaafkan kesalah Roro Jonggrang, sekalipun ia menahan emosinya sendiri.
Sumur yang dalam itu akhirnya selesai dengan cepat, apalagi airnya keluar dengan jumlah yang sangat banyak dan jernih. Selanjutnya Bandung Bondowoso mengerahkan seluruh kekuatannya untuk dapat membangun seribu candi dalam semalam, sesuai keinginan Roro Jonggrang. Ia memanggil seluruh pasukan ghaibnya. Seperti jin dan dedemit dalam jumlah yang sangat banyak. Kemudian mereka mulai melakukan seluruh pekerjaannya dari satu hingga dengan cepat menjadi seratus buah candi.
Malam menjadi kian larut, akan tetapi tak sekalipun Bandung Bondowoso untuk tertidur. Ia ingin segera menyelesaikan semua persyaratan untuk menikahi Roro Jonggrang. Akhirnya pasukan Bandung Bondowoso telah membangun ratusan candi. Sehingga membuat Bandung Bondowoso menjadi sangat bahagia, ia dengan percaya diri akan menyelesaikan seluruh persyaratan dan tantangan yang diberikan calon istrinya. Berkali-kali ia mengucapkan rasa terima kasih kepada sang kuasa, karena telah memudahkan segala keinginannya. Tak berapa lama lagi candi yang dibangun akan berjumlah seribu buah candi.
Baca Juga : Cerita Rakyat Timun Mas
Di lain tempat dimana Roro Jonggrang berada, ia kembali akan berusaha menggagalkan usaha Bandung Bondowoso untuk menyelesaikan semua persyaratan yang diberikannya. Telah terdengar kabar bahwa pasukan Bandung Bondowoso adalah kumpulan pasukan makhluk ghaib, mereka telah menyelesaikan 999 candi. Maka Roro Jonggrang membangunkan seluruh dayang-dayang istana untuk membantunya.
Roro Jonggrang memerintahkan para dayang untuk membakar jerami-jerami di ufuk timur. Kemudian sebagian dari mereka memukul-mukul tumbukkan padi. Sehingga terdengar oleh pasukan Bandung Bondowoso yang mengira bahwa suara itu sebagai pertanda datangnya pagi yang baru.
Seluruh pasukan bandung Bondowoso melarikan diri, mereka tidak mendengarkan teriakannya. Ya, para pasukannya merasa takut dengan sinar matahari pagi yang konon akan membakar tubuhnya.
Bandung Bondowoso merasa sangat marah. Apalagi setelah mengetahui bahwa suara itu diciptakan oleh Roro Jonggrang untuk menakuti pasukannya. Maka dengan kekuatan sakti Bandung Bondowoso, dikutuklah Roro Jonggrang menjadi sebuah candi. Sehingga genaplah seribu candi dalam satu malam. Akan tetapi Bandung Bondowoso tidak akan pernah menikahi Roro Jonggrang yang kini telah menjadi kaku, ia menjadi candi terkutuk.
***
Diceritakanlah bahwa satu candi di dalam kerajaan Baka dipercayai sebagai sosok Roro Jonggrang yang telah dikutuk karena kemarahan kekasihnya Bandung Bondowoso.
***
Selesai
Pesan moral yang dapat diambil dari kisah ini adalah kita tidak boleh berbuat curang, karena itu merupakan perbuatan yang jelek. Sehingga jangan sekalipun melakukannya jika kita tidak siap menerima faktor terburuk yang siap menjemputmu. Seperti Roro Jonggrang yang menjadi sebuah candi, ia tidak memiliki waktu untuk menyesali perbuatannya. Sehingga ia hanya bisa diam tidak mampu memberi alasan apapun dan permohonan maaf selama hidupnya.
Kesimpulan: Artikel/cerita rakyat ini bertujuan untuk mengedukasi setiap pembaca supaya dapat mengambil hikmah dan pesan-pesan terbaik. Berusaha untuk tidak pernah berlaku curang dan mengecewakan orang lain.
Desiana P
Belum ada Komentar untuk "Cerita Rakyat Roro Jonggrang Dongeng Anak"
Posting Komentar