Dongeng Si Kancil dan Siput Lomba lari siapa menang?

Dongeng Si Kancil dan Siput - Dikisahkan pada suatu hari Si Kancil berjalan santai sambil bersenandung sendirian. Ia hendak menuju sungai untuk minum, sebab  kehausan. Jarak yang lumayan jauh membuatnya harus berjalan santai untuk menghemat tenaga. Di tengah perjalanan ia menemukan satu buah manggis yang tentu saja akan melepaskan rasa dahaga, sebab buah manggis cukup kaya akan kandungan airnya.
via goresanku.com
Ya, setidaknya Kancil sudah melahap satu buah manggis. Kemudian hendak memakan manggis yang lain. Akan tetapi terdengar suara yang berteriak, Si Kancil melepaskan kembali manggis yang sudah digigitnya dan terjatuh ke tanah.

Kancil Kalah Cerdik dengan Siput


“Aduh,” suara itu kembali terdengar. “Hei, Kancil. Sungguh tega sekali engkau ini,”

Si Kancil kemudian mengangkat buah manggis dan melihat seekor siput terjepit buah manggis.

“Hei, Tuan Siput. Apa yang sedang engkau lakukan?” tanya Si Kancil yang merasa heran.

“Aku sedang memakan buah manggis, Kancil. Sampai hati kau mau makan manggis milikku,” ujar Siput yang merasa kesal, “bahkan kau sudah membuat cangkangku berlubang.”

“Maafkan aku, Tuan Siput. Aku tidak tahu jika kau sedang memakan manggis dan aku tidak sengaja membuat cangkangmu berlubang.” Si Kancil sangat terkejut melihat seekor siput makan buah manggis. Tapi bagaimanapun juga Si Kancil bersalah pada Tuan Siput.

Kemudian ditengah kekalutan Siput dan Si kancil datanglah Tuan Monyet yang bergelantungan di dahan pohon.

“Hai, sedang apa kalian?” tanya Tuan Monyet yang akhirnya turun dari dahan sembari makan buah pisang.

Si Kancil kemudian bercerita kepada Tuan Monyet bahwa ia tidak sengaja telah makan buah manggis milik Siput. Sebelum melanjutkan, Tuan Monyet sudah memotong ucapannya.

Tuan Monyet tertawa, bahkan membuang pisang yang masih tersisa setengah bagian. “Sejak kapan Siput menyukai buah manggis, hah?” tanya Tuan Monyet.

“Memangnya tak boleh jika seekor Siput makan seperti seekor kancil? Hah?” Siput marah. Ia merasa direndahkan oleh Tuan Monyet.

“Tapi seekor Siput sepertimu tidak biasa jika harus makan makanan yang lebih besar dari tubuhnya,” jelas Tuan Monyet. “Lihatlah tubuhmu, Siput.”

Memang tidak bisa dipungkiri jika tubuh seekor Siput bahkan lebih kecil dari satu buah manggis. Akan tetapi Siput hendak melawan takdir yang sudah digariskan kepadanya.

“Aku bahkan bisa mengalahkan Kancil,” seru Siput yang berteriak dan hampir menghabiskan suaranya.

“Aku tidak suka perlombaan, Siput,” ujar Si Kancil yang merasa tidak bersemangat, apalagi ia merasa kehausan.

Siput tertawa sepuasnya, “apakah kamu takut, Kancil?” tanya Siput sinis.

“Bukan begitu, Siput,” jawab Si Kancil.

“Kancil, kau harus menyetujui ajakan Siput.” Tuan Monyet merasa jika tantangan Siput harus disetujui Si Kancil.

“Bagaimana jika kita mengadakan lomba,” ujar Siput yang merasa jumawa.

“Lomba apa, Siput?” tanya Si Kancil yang penasaran.

“Kita lomba lari, bagaimana?” tanya Siput yang masih percaya diri.

Tiba-tiba suasana menjadi hening dan sangat hening. Kemudian tertawalah Tuan Monyet.
“Siput, bagaimana kau bisa mengikuti lomba lari. Sedangkan engkau sangat lamban,” ujar Tuan Monyet yang mengejek Siput yang hanya bisa berjalan lamban.

“Aku tidak peduli, Monyet. Bagaimana, Kancil?” tanya Siput yang sudah merasa sangat marah karena selalu diremehkan oleh Tuan Monyet.

Si Kancil yang merasa menghargai ajakan Siput, ia baru melihat hewan yang begitu antusias untuk menantang lawannya. Maka ia pun segera menyetujui tantangan Siput.

“Kita akan lomba di jalan hutan besok pagi,” ujar Tuan Monyet. Kemudian keputusan tersebut disetujui oleh kedua pihak yang akan berlomba.

Akhirnya Si Kancil pergi menuju sungai dan Siput kembali menikmati buah manggisnya. Ya, Tuan Monyet segera melompat ke atas dahan pohon. Ia hendak mengumumkan perlombaan lari antara Si Kancil dan Siput.

Baca juga : Legenda Batu Menangis

***

Lomba Lari


Tibalah hari perlombaan yang sudah disepakati, dimana sejak pagi Siput berangkat dari rumahnya supaya sampai di tempat lomba tepat waktu. Sedangkan Si Kancil masih di rumahnya untuk merapikan ruangannya sebelum pergi keluar rumah.

Satu persatu penonton berdatangan menuju tempat lomba. Ya, semuanya berkat Tuan Monyet yang dengan cepat menyebarkan berita. Tak lama kemudian Si Kancil tiba di tempat lomba dengan berjalan santai.

“Selamat pagi semua!” sapa Si Kancil. Kemudian semua yang hadir menjawabnya dengan serentak.

 “Kenapa kalian sepagi ini begitu bersemangat?”

“Tentu saja untuk melihatku yang akan bisa mengalahkanmu, Kancil yang bijak,” jawab Siput yang segera tertawa sendirian.

“Baiklah, Siput. Kubiarkan engkau bahagia,” ujar Si Kancil yang berkata tenang di hadapan semua penonton yang hadir.

Kemudian Tuan Monyet segera mengambil posisi di hadapan para hadirin, “Baiklah semuanya, hari ini kita akan menyaksikan perlombaan lari antara Si Kancil yang Bijak dan Siput!” seru Tuan Monyet yang bersemangat.

Selanjutnya Tuan Monyet memberikan arahan dan peraturan yang harus diketahui oleh kedua pelari. Yakni Si Kancil dan Siput, lalu kedua pihak paham dan berada di posisi siap.

“Baiklah, sebentar lagi kita akan mulai,” seru Tuan Monyet. “Bersiap, satu! Dua! Tiga!” seru Tuan Monyet dan Si kancil segera berlari, tak lupa Siput segera berlari dengan sekuat tenaga.
Si Kancil merasa jika Siput berada di belakangnya, namun ia akan coba memanggilnya terlebih dahulu. “Siput, engkau dimana?”


“Aku di sini, Kancil!” seru Siput yang sudah berada di garis depan. Sehingga Si Kancil terus berlari untuk mendahului Siput.

Kemudian Si Kancil hendak beristirahat, sebab ia yakin jika Siput berada di belakangnya, “Siput, engkau dimana?”

Terdengar suara semak-semak kemudian bergerak, “aku di sini, Kancil!” seru Siput yang kini sudah ada di hadapan Si Kancil.

Si kancil merasa tidak habis pikir, mana mungkin Siput mampu berlari melebihi kecepatan dirinya, “apa? Tak mungkin!” seru Si Kancil yang kembali berlari untuk mendahului Siput.

Sekalipun Si Kancil tidak pernah beristirahat, sebab lagi dan lagi Siput berhasil mendahului Si Kancil yang berlari begitu cepat. Berkali-kali ia merasa heran dengan Siput yang bisa berlari dengan cepat. Ya, itu sebuah ketidakmungkinan. Mustahil.

“Aku di sini, Kancil!” seru Siput yang selalu saja mendahului Si kancil.

Si Kancil merasa sangat kelelahan dan tidak lagi kuat melanjutkan perjalanan. Akan tetapi ia berusaha untuk tetap bertahan, sebab terdengar riuh penonton yang menandakan bahwa garis finish akan segera dilalui. Ia yakin jika Siput masih berada di belakang Si Kancil. Akan tetapi ia harus mengakui kecepatan Siput ketika berlari.

“Kancil, aku sudah di sini!” seru Siput yang ternyata sudah berada di depan garis finish. Ya, Siput berhasil menjadi juara.

Tak ada tepuk tangan dari semua penonton yang hadir, sebab semua merasa heran dan kaget ketika melihat Siput keluar menjadi pemenangnya. Kemudian Si Kancil tiba dengan mulut yang menganga menahan  rasa lelah yang menurutnya sangat berlebihan.

“Kau memang hebat, Siput.” Semua orang berkata demikian berulangkali. Tentu saja membuat Siput semakin jumawa dan bangga.

“Aku memang hebat, hahaha!” seru Siput yang tertawa terbahak-bahak.

“Iya, aku akui kau memang hebat, Siput!” seru Si Kancil yang hendak menyalami sang pemenang Lomba. “Tapi, kenapa aku tidak melihat Siput yang berlubang sepertimu selama perlombaan?”

Akhirnya Siput mengakui jika ia sudah berbuat curang. Dimana ia sudah menyiapkan banyak pasukan Siput yang lain untuk membuat barisan sepanjang jalur lomba. Siput hanya ingin membuktikan kepada semua penghuni hutan bahwa Siput juga bisa melakukannya.

Mendengar cerita Siput maka Si Kancil segera mendekatinya, “Siput, kau memang hebat! Kau memang juara,” seru Si Kancil yang merasa bangga kepada Siput yang berani.

Semua penghuni hutan akhirnya bisa mengakui jika Siput memang cerdik,  bahkan Si Kancil menyebut bahwa ia sudah terkalahkan oleh Siput yang berani. Mereka mengadakan perayaan atas kemenangan Siput dalam perlombaan lari. Ya, mereka tidak lagi berselisih tapi menjadi keluarga besar dan hidup rukun di dalam hutan. Selamanya.

***
Selesai

Pesan moral yang dapat kita peroleh adalah kita tidak boleh meremehkan kemampuan orang lain. Bisa saja terjadi seperti Si Kancil yang kalah oleh Siput dalam perlombaan lari.

Desiana P

Belum ada Komentar untuk "Dongeng Si Kancil dan Siput Lomba lari siapa menang?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel