Cerita Si Kancil, Jebakan sang Ular dan Kerbau yang baik hati

Cerita Si Kancil - Pada suatu hari yang cerah di dalam hutan yang masih pagi. Ya, sebagian belum keluar dari sarang-sarangnya. Mereka banyak memilih untuk keluar agak terlambat karena rasa malas berlebihan. Sehingga suasana pagi ini belum riuh dan ramai seperti biasanya.

Akan tetapi keadaan yang berbeda bagi Si Kerbau yang sudah keluar dari rumahnya, ia bermaksud untuk minum air di sungai lalu akan pergi merumput. Entah mengapa Si Kerbau bersemangat tidak seperti biasanya. Mungkin karena rasa haus dan lapar telah berhasil mengalahkan rasa malasnya sendiri.
Cerita Si Kancil, Jebakan sang Ular dan Kerbau yang baik hati
via youtube.com

Kemudian Si Kerbau menghirup udara yang masih segar melalui hidungnya lalu dihembuskan kembali. Ia merasa nyaman setelahnya, tak hanya itu ia juga merasa jika hari ini harus mandi pagi dan entah mengapa ia memiliki keinginan demikian.

Semua keanehan yang dijalani Si Kerbau tidak menjadi sesuatu hal yang harus dipikirkan dengan serius. Ia hanya memikirkan mungkin saja Si Kerbau akan berubah menjadi seekor kerbau yang rajin dan tidak lagi malas seperti biasanya.

Si Kerbau sedang berjalan dengan santai menuju sungai untuk minum terlebih dahulu, kemudian akan merumput ke padang sabana yang luas. Letaknya juga tidak terlalu jauh dari sungai dan rumahnya sendiri.

Tak ada seekorpun hewan yang bisa ditemuinya saat ini, mungkin mereka masih memilih tidur di rumahnya masing-masing. Kemudian tanpa disadari akhirnya sebentar lagi ia akan sampai di tempat tujuan. Hanya perlu satu kelokan ke sebelah kanan.

Si Kerbau tiba di sungai, akan tetapi ia harus sedikit turun supaya lebih dekat ke tepi sungai. Namun ia heran karena melihat sebuah pohon besar menghalangi jalannya yang tidak terlalu luas. Ia berusaha untuk memikirkan cara terbaik supaya bisa melewatinya dan minum di tepi sungai dengan tenang seperti biasa.

Kemudian untuk kedua kalinya ia merasa heran ternyata ia melihat seekor ular terhimpit diantara pohon kayu yang tumbang. Ya, ular itu tertimpa pohon yang tumbang. Sang Ular menatapnya dan berkata.

“Wahai Kerbau yang baik, bisakah engkau menolongku?” tanya Si Ular yang sepertinya sangat kesulitan untuk melepaskan diri.

“Aku tidak akan menolongmu, Ular.” Si kerbau menjawab sembari memalingkan wajahnya.
Si Kerbau sudah mendengar bahwa Ular yang kini sedang ada di hadapannya adalah ular yang menjebak Si Kancil di dalam hutan lembab. Tentu saja ia tidak ingin menolong hewan yang jahat. Meskipun di dalam hatinya ia begitu kasihan melihat nasib si Ular.

“Benarkah, engkau tidak akan menolongku?” tanya Si Ular dengan raut wajah memelas kasihan.
“Aku tetap tidak akan menolongmu,” ujar Si Kerbau memastikan. “Sebab engkau sudah berusaha menyakiti temanku Kancil yang bijak.”

Mendengar ucapan Si kerbau maka Si Ular menyadari kesalahannya. Kini ia sedang mencari alasan yang tepat. “Hari itu aku tidak bisa mengendalikan diri, Kerbau. Hingga aku lupa diri.”

“Sampai hati engkau akan memangsa Si Kancil yang sangat dihormati di hutan ini, hah?!” teriak Si Kerbau yang masih marah kepada Si Ular yang licik.

“Maafkan aku, Kerbau. Aku tidak akan melakukan hal yang sama lagi. Aku berjanji padamu.” Si Ular berkata seolah kata-kata itu berasal dari dalam hatinya yang terdalam. Ya, ia mengakui kesalahannya sendiri.

Melihat reaksi itu maka Si Kerbau merasa terluluhkan. Mungkin memang benar jika Si Ular akan berubah menjadi baik. Maka akhirnya Si Kerbau memutuskan.

“Baiklah, aku akan membantumu.” Si Kerbau akan membantu Si Ular untuk membebaskan diri dari himpitan kayu besar yang tumbang. “Asal engkau berjanji akan menjadi Ular yang baik.”

Mendengar ucapan Si Kerbau membuat Si Ular sangat bahagia dan tentu saja ia bisa selamat.
“Terima kasih Kerbau, engkau memang baik hati.” Si Ular berkata dengan semangat.

Ya, akhirnya Si kerbau akan membantu Si Ular. Apakah Si Ular akan benar-benar berubah?

***

Kancil Sang Penolong

Si Kerbau hendak bersiap untuk mengangkat pohon dari tubuh Si Ular. Ia menyiapkan kuda-kuda terbaik supaya tidak terjadi kesalahan dan Si Ular tidak tersakiti atau bahkan tergores sedikitpun.

Si Kerbau mengeluarkan seluruh tenaganya supaya bisa memindahkan pohon itu. Kemudian ia berhasil memindahkannya.

“Sekarang kau bisa pergi Ular, kini engkau sudah bebas.” Si Kerbau akhirnya merasa lega sebab telah membantu Si Ular.

Kemudian ia meletakkan pohon itu di sudut yang lain. Akan tetapi kini ketika Si Kerbau hendak melangkah pergi menuju tepi sungai, tiba-tiba kakinya menjadi sulit untuk digerakkan. Ternyata Si Ular telah melilit kedua kaki belakangnya. Tentu saja Si Kerbau terkejut dan marah.

“Apa yang sedang engkau lakukan, Ular?” tanya Si Kerbau dengan amarah mulai menjalari seluruh tubuhnya. Tatapan sinis Si Ular kepada Si Kerbau sekalipun tidak pernah menakutkan bagi Si Kerbau.

“Maafkan aku, Kerbau. Tapi aku hendak memangsamu juga sekarang,” ujar Si Ular. “Sudah seminggu ini aku belum makan dan kini aku tidak bisa menahannya.”

“Dasar engkau Ular jahat dan tidak tahu terima kasih.” Si Kerbau sangat marah karena telah dibohongi. “Sampai hati engkau melakukan ini kepadaku.”

Tanpa banyak bicara maka Si Ular perlahan melilit tubuh Si Kerbau, akan tetapi Si Kerbau berusaha untuk melepaskan diri dari lilitannya.

“Aku tidak akan menyerah Ular jahat! Camkan itu!” ancam Si Kerbau yang masih marah karena perlakuan Si Ular padanya. “Kancil! Oh Kancil! Engkau harus datang!”
“Hahaha, Si Kancil itu tidak akan pernah datang Kerbau.” Si Ular menertawakan Si Kerbau yang terus memanggil Si Kancil.

“Aku sudah datang, Ular!” ujar Si Kancil yang sudah tiba di tepi sungai.

“Apa?” tanya Si Ular yang kaget. “Bagaimana kau bisa datang secepat itu?”

“Ular yang jahat namun tak cerdik. Kasihan!” seru Si Kancil yang segera mendekati Si Kerbau. “Kau sudah salah tangkap kali ini.”

“Kancil tolonglah aku!” pinta Si Kerbau.

“Tenang saja Kerbau, engkau pasti kuselamatkan bagaimanapun caranya.” Si Kancil menenangkan Si Kerbau yang kini masih dililit oleh Si Ular.

“Wahai Ular, apakah engkau akan melepaskan tubuhmu dari Si kerbau sekarang juga?” tanya Si Kancil.

“Hahaha, aku tidak akan melakukannya, Kancil!” teriak Si Ular yang tertawa sendiri.

“Engkau memang jahat dan tidak akan pernah berubah.” Si Kancil merasa tidak habis pikir dengan Si Ular yang tidak pernah ingin berubah menjadi baik. “Berarti sudah kupastikan jika engkau tidak juga memiliki teman, kasihan.”

Mendengar perkataan Si Kancil maka Si Ular merasa marah dan melepaskan lilitannya. Ia bermaksud untuk menyerang Si Kancil. Akan tetapi ia malah kehilangan banyak kesempatan. Ya, ia tidak mendapatkan Si kerbau atau bahkan Si Kancil.

“Lari, Kerbau! Lari!” seru Si Kancil kepada Si Kerbau.

Rupanya Si Kerbau berhasil mengambil langkah seribu untuk berlari dari bahaya. Ia berlari mengkuti Si Kancil dan tanpa sengaja kaki Si Kerbau menendang pohon yang sempat ia angkat dari tubuh Si Ular.

Akhirnya Si Ular kembali tertimpa pohon seperti sedia kala. Ia merasa kaget dan tidak percaya jika akan kembali pada keadaan yang sama.

Diceritakan bahwa untuk waktu yang cukup lama selalu terdengar tangisan dari tepi sungai. Tak lain adalah tangisan Si Ular yang tidak bisa melepaskan diri dari pohon yang menghimpit badannya. Tak ada yang menolongnya sebab semua hewan sudah mengetahui kejahatan yang dilakukannya.

Semua hewan akhirnya memutuskan untuk menghanyutkan Si Ular ke dalam sebuah pohon yang menghimpitnya. Ya, hal itu dilakukan sebagai bentuk pengusiran kepadanya. Sebab penghuni hutan tidak ingin dihantui rasa khawatir ketika akan minum ke tepi sungai.
Akhirnya Si Ular pergi dan tak pernah terdengar lagi.

***
Selesai
Pesan moral yang dapat diambil adalah kita tidak boleh menjadi orang yang suka berbohong. Orang baik akan memiliki teman yang banyak dan begitu juga sebaliknya.

Desiana P

Baca juga : Kisah kancil dan ular yang licik

Belum ada Komentar untuk "Cerita Si Kancil, Jebakan sang Ular dan Kerbau yang baik hati"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel