Cerita rakyat pendek Legenda Asal Mula Pisang Sewu
Cerita Legenda Asal Mula Pisang Sewu
Dahulu kala diceritakan pada zaman sakti masih menyelimuti setiap masa kejayaan kerajaan-kerajaan jawa yang terkenal. Terdengar kabar bahwa seorang raja yang angkuh telah dikutuk oleh Petapa tua yang kelaparan. Semua rakyat melihat wujud kutukan yang kemudian tersebar dengan sebutan pohon pisang sewu. Ya, sang raja dikutuk menjadi pohon pisang yang akhirnya bernama pisang sewu.
Sebuah kerajaan yang terkenal subur tanahnya, sehingga dapat ditanami berbagai tanaman dan sayuran. Para penduduk berprofesi sebagai petani yang bisa dikatakan sebagai petani sukses, dimana peruntungan mereka sangat menguntungkan ketika berjualan di pasar raya. Sayuran dan buah adalah jenis barang yang sering dibeli dari seluruh pelosok negeri. Sehingga para petani merasa sangat mudah untuk mendapatkan kepingan uang untuk berbagai keperluan. Semua berita tentang kerajaan yang subur ini telah sampai ke seluruh negeri, disampaikan dari mulut ke mulut dan menyebar dengan sangat mudah.
Akan tetapi kerajaan ini konon dipimpin oleh seorang raja yang sangat menyukai pisang emas. Ya, pisang emas adalah salah satu nama pisang yang hanya tumbuh di daerah kerajaan dan tidak ditanam oleh sembarang orang, bahkan rakyat biasa dilarang untuk menanam apalagi memakan pisang jenis ini. Pisang emas disebut oleh rakyat sebagai pisang kerajaan karena hanya bisa dimakan oleh anggota kerajaan.
Berdasarkan informasi dari seorang Petapa yang bernama Petapa Gede, pisang emas adalah pisang yang pertamakali ditemukan dalam meditasinya di gunung Gede. Kemudian sang raja mengetahui hal tersebut dan langsung mengambilnya.
“Wahai Petapa Gede, benarkah engkau menemukan sesuatu yang berharga di dalam meditasimu?” tanya sang raja yang langsung menemui Petapa Gede di pondoknya.
“Iya, Baginda Raja.” Petapa Gede membenarkannya.
“Apa yang berharga itu Petapa?” tanya raja yang penasaran.
Dengan santai Petapa Gede menjawab, “Hanya setandan pisang dan bakal pohonnya saja Baginda Raja.”
“Bolehkah, aku mencobanya?!” pinta baginda raja.
“Silakan, Baginda Raja.” Petapa Gede mengizinkan raja untuk menikmati pisang miliknya.
Betapa terkejutnya raja saat mengetahui rasa dari pisang yang dimakannya, rasanya berbeda dan jauh lebih enak dari pisang yang pernah dimakan sebelumnya. Dengan demikian raja meminta kepada Petapa Gede untuk menyerahkan pisang dan bakal pohonnya. Kemudian dengan senyumnya Petapa Gede mengizinkan raja untuk mengambil semuanya. Betapa senang raja saat ia diberi izin oleh Petapa Gede namun dengan syarat yang harus disanggupinya.
“Wahai Baginda Raja, anda dapat mengambil semuanya dengan memenuhi satu syarat dan perjanjian ini.” Petapa Gede meminta raja untuk memenuhi satu syarat dan janji ketika ingin membawa pisang miliknya itu.
“Apa itu, Petapa Gede?” tanya raja yang masih memakan pisang tanpa pernah berhenti.
“Baginda harus bersedia memberikan pisang setidaknya kepada tiga orang miskin yang baginda temui di jalan. Kemudian menanam bakal pohon yang nantinya akan dibagikan kepada rakyat secara merata.” Petapa Gede menjelaskan dengan terperinci. “Bagaimana Baginda Raja?”
Tanpa pikir panjang raja langsung menyanggupinya, “Baiklah Petapa Gede saya menyetujuinya.”
Setelah itu raja dan rombongan pergi untuk kembali ke istana dengan membawa pisang dan bakal pohonnya.
Selama di perjalanan sang raja terus memakan pisang enak itu seorang diri di dalam tandu yang diangkat oleh para prajuritnya. Karena kekenyangan maka raja itu tertidur pulas, sehingga melupakan amanat pertama dari Petapa Gede. Sang raja tertidur bahkan setelah sampai di kerajaannya sendiri.
Dari sanalah awal mula raja menyukai pisang yang dia beri nama pisang emas, kemudian di hari yang sama dia menyurh seorang tukang kebun istana untuk menanam bakal pisang yang dibawanya dari Petapa Gede.
Tak berapa lama berselang, pisang emas itu berbuah satu tandan penuh dan ketika telah matang, raja langsung menyantapnya seorang diri. Bahkan sang istri juga tidak diberi meski hanya satu biji sekalipun. Kemudian akhirnya raja menghabiskan setandan pisang emas seorang diri. Sehingga melupakan amanat kedua dari Petapa Gede yang diberikan kepadanya.
Hari berganti bulan dan tahun berganti tahun-tahun selanjutnya, maka pisang emas milik sang raja semakin banyak dan kini pihak kerajaan bisa menikmatinya meski dengan jumlah terbatas. Raja tidak pernah memberikan satu sisirpun kepada rakyatnya sendiri. Sehingga kabar tentang pisang emas yang terkenal enak itu menyebar ke seluruh penjuru rakyatnya. Akan tetapi sang raja hanya menikmatinya seorang diri tanpa pernah memberikan bakal pohonnya sekalipun untuk bisa ditanam rakyatnya sendiri. Pisang emas adalah pisang kerajaan.
Sudah sejak lama Petapa Gede mendengar secara langsung perihal raja yang telah salah jalan itu, hari demi hari rakyat menemuinya supaya bisa diberi cara agar diberikan izin untuk menanam bakal pisang emas itu. Akan tetapi Petapa Gede tidak memilikinya sehingga rakyat pulang dengan kesedihan yang mendalam.
Melihat kejadian itu maka Petapa Gede mengambil segenggam biji pohon randu dan dimasukkan ke dalam bungkusan kain. Kemudian berkat kekuatan yang dimilikinya ia segera berubah menjadi rakyat miskin dengan pakaian compang-camping. Petapa Gede hendak menguji sang raja.
Raja dan istrinya berada di dalam tandu menuju pondok Petapa Gede, sembari menikmati pisang emas yang disantapnya sejak berangkat dari istana. Ya, sang raja tidak bisa berhenti untuk makan pisang emas dan seakan tergila-gila untuk tetap memakannya. Sehingga istri raja merasa khawatir akan kondisi suaminya dan akan meminta bantuan kepada Petapa Gede.
Raja kaget ketika prajurit yang membawa tandunya berhenti, sehingga berteriak dari dalam,
“Prajurit kenapa kalian berhenti!!” teriak raja dengan nada kesal. Kemudian datang seorang prajurit ke dekat tandunya.
“Maaf, Baginda tapi seseorang menghentikan perjalanan kita." Prajurit segera kembali saat raja keluar dari tandunya.
“Baiklah, entah apa maunya hingga dia berani menghentikanku,” ucap raja yang turun sembari tetap memakan pisang emasnya.
“Baginda Raja, saya memohon kebijaksanaanmu,” ucap lelaki tua yang kurus dan berpakaian compang-camping, “Saya lapar Baginda, bolehkah hamba meminta pisang emas itu.”
Raja seakan naik pitam mendengar permintaan lelaki tua itu. “Berani-beraninya kau meminta pisang kesayanganku ini, bahkan aku rela menggantinya dengan nyawaku sendiri. Camkan itu!” Raja murka dan langsung melemparkan kulit pisang ke wajah lelaki tua itu. Kemudian raja segera kembali ke dalam tandunya sendiri.
Sang raja dan prajuritnya melanjutkan perjalanan menuju pondok Petapa Gede. Sedangkan lelaki tua yang sebenarnya adalah Petapa Gede segera menghilang dengan kekuatannya, kemudian telah sampai di kebun pisang milik raja. Betapa terkejutnya ia saat melihat banyaknya pisang yang ditanam dan hampir siap dipanen. Maka ia segera mengeluarkan bungkusan kain yang berisi biji pohon randu.
“Wahai biji Randu, aku memintamu untuk menyebar ke seluruh penjuru. Tinggallah di setiap pisang dan bakal pisang. Aku rela engkau tinggal di sana.” Petapa Gede berujar sembari mengucapkan doa kemudian meniup semua biji randu yang telah digenggamnya. Semua biji randu akhirnya tertanam di setiap pohon pisang dan bahkan di dalam bakal pohon pisang sekalipun.
Tok! Tok! Tok!
Raja mengetuk pintu pondok Petapa Gede dengan keras.
“Petapa Gede! Petapa Gede!” teriak raja yang marah dibalik pintu karena Petapa Gede seakan tidak menghormati kedatangannya.
Kemudian Petapa Gede membuka pintu, “Ada apa Baginda mencari hamba?”
“Kenapa kau tidak cepat membukakan pintu untukku?” tanya raja yang masih tersulut emosinya.
“Sepertinya hamba tidak perlu menjawab itu,” ucap Petapa Gede yang tersenyum. “Hamba hanya ingin mengatakan bahwa Baginda akan kehilangan pisang emas baginda hari ini juga.”
“Kau tidak bisa berkata seperti itu Petapa Gede, kau hanya seorang rakyat sedangkan aku seorang Raja. Ingat itu!” teriak raja dengan menggunakan telunjuknya menunjuk Petapa Gede.
Raja segera pergi dan tidak berniat untuk meminta pertolongan Petapa Gede. Kemudian seperti kunjungan yang lain, sang raja selalu tertidur sampai istana akibat terlalu kekenyangan memakan pisang emasnya.
Akan tetapi tidurnya harus terganggu oleh petani istana yang berteriak dari jauh menuju tandu raja yang baru sampai di istana.
“Baginda Raja, Baginda Raja!” seru petani yang segera bersimpuh di dekat tandu.
Sang Raja segera bangun, “Ada apa kau ini?”
“Maafkan saya, Baginda tapi saya ingin memberi tahu jika semua pisang menjadi jelek.”
Petani dengan berat hati mengatakan pada baginda raja dengan kondisi kebun pisang istana.
“Apa?” raja kaget dan segera berlari menuju kebun pisangnya. “Pisangku!!!”
Betapa terkejutnya sang raja ketika mengetahui bahwa pisang-pisangnya berubah hijau dan kulitnya sangat keras. Kemudian dengan segera ia mengambil satu biji pisang dan ternyata pisang itu memiliki biji hitam yang besar dan banyak. Langsung saja raja membuang pisangnya karena rasanya tidak enak sama sekali.
Sang raja berkali-kali berteriak dan seketika petir datang dan menyambar tubuhnya. Kemudian tubuhnya menjadi kaku dan raja tidak bisa berbicara untuk meminta tolong sama sekali.
Baca juga : Cerita bawang merah bawang putih
Istri raja segera menyusul ke kebun pisang istana dan terkejut melihat sang raja sudah berubah menjadi pohon pisang. Akhirnya seluruh negeri telah mengetahui jika rajanya telah berubah menjadi pohon pisang yang terkutuk. Kemudian Petapa Gede menyebut pohon pisang emas yang berubah menjadi pisang jelek itu dinamainya sebagai pisang Sewu. Petapa Gede juga meminta kepada seluruh rakyat untuk tidak memakan pisang sewu ini selama 5 tahun, karena pisang itu masih menyimpan kutukan yang ditanamnya akibat keserakahan sang Raja.
Tak ada lagi pisang yang disukai sang raja, pisang emas itu menghilang bersama dengan menghilangnya sang raja.
kita harus belajar menjadi orang yang dapat dipercaya oleh orang lain. Kemudian kita harus mengetahui jika orang-orang serakah selalu berakhir dengan kondisi yang menyedihkan.
Sumber gambar : Rimanews.com |
Dahulu kala diceritakan pada zaman sakti masih menyelimuti setiap masa kejayaan kerajaan-kerajaan jawa yang terkenal. Terdengar kabar bahwa seorang raja yang angkuh telah dikutuk oleh Petapa tua yang kelaparan. Semua rakyat melihat wujud kutukan yang kemudian tersebar dengan sebutan pohon pisang sewu. Ya, sang raja dikutuk menjadi pohon pisang yang akhirnya bernama pisang sewu.
Sebuah kerajaan yang terkenal subur tanahnya, sehingga dapat ditanami berbagai tanaman dan sayuran. Para penduduk berprofesi sebagai petani yang bisa dikatakan sebagai petani sukses, dimana peruntungan mereka sangat menguntungkan ketika berjualan di pasar raya. Sayuran dan buah adalah jenis barang yang sering dibeli dari seluruh pelosok negeri. Sehingga para petani merasa sangat mudah untuk mendapatkan kepingan uang untuk berbagai keperluan. Semua berita tentang kerajaan yang subur ini telah sampai ke seluruh negeri, disampaikan dari mulut ke mulut dan menyebar dengan sangat mudah.
Akan tetapi kerajaan ini konon dipimpin oleh seorang raja yang sangat menyukai pisang emas. Ya, pisang emas adalah salah satu nama pisang yang hanya tumbuh di daerah kerajaan dan tidak ditanam oleh sembarang orang, bahkan rakyat biasa dilarang untuk menanam apalagi memakan pisang jenis ini. Pisang emas disebut oleh rakyat sebagai pisang kerajaan karena hanya bisa dimakan oleh anggota kerajaan.
***
Berdasarkan informasi dari seorang Petapa yang bernama Petapa Gede, pisang emas adalah pisang yang pertamakali ditemukan dalam meditasinya di gunung Gede. Kemudian sang raja mengetahui hal tersebut dan langsung mengambilnya.
“Wahai Petapa Gede, benarkah engkau menemukan sesuatu yang berharga di dalam meditasimu?” tanya sang raja yang langsung menemui Petapa Gede di pondoknya.
“Iya, Baginda Raja.” Petapa Gede membenarkannya.
“Apa yang berharga itu Petapa?” tanya raja yang penasaran.
Dengan santai Petapa Gede menjawab, “Hanya setandan pisang dan bakal pohonnya saja Baginda Raja.”
“Bolehkah, aku mencobanya?!” pinta baginda raja.
“Silakan, Baginda Raja.” Petapa Gede mengizinkan raja untuk menikmati pisang miliknya.
Betapa terkejutnya raja saat mengetahui rasa dari pisang yang dimakannya, rasanya berbeda dan jauh lebih enak dari pisang yang pernah dimakan sebelumnya. Dengan demikian raja meminta kepada Petapa Gede untuk menyerahkan pisang dan bakal pohonnya. Kemudian dengan senyumnya Petapa Gede mengizinkan raja untuk mengambil semuanya. Betapa senang raja saat ia diberi izin oleh Petapa Gede namun dengan syarat yang harus disanggupinya.
“Wahai Baginda Raja, anda dapat mengambil semuanya dengan memenuhi satu syarat dan perjanjian ini.” Petapa Gede meminta raja untuk memenuhi satu syarat dan janji ketika ingin membawa pisang miliknya itu.
“Apa itu, Petapa Gede?” tanya raja yang masih memakan pisang tanpa pernah berhenti.
“Baginda harus bersedia memberikan pisang setidaknya kepada tiga orang miskin yang baginda temui di jalan. Kemudian menanam bakal pohon yang nantinya akan dibagikan kepada rakyat secara merata.” Petapa Gede menjelaskan dengan terperinci. “Bagaimana Baginda Raja?”
Tanpa pikir panjang raja langsung menyanggupinya, “Baiklah Petapa Gede saya menyetujuinya.”
Setelah itu raja dan rombongan pergi untuk kembali ke istana dengan membawa pisang dan bakal pohonnya.
Selama di perjalanan sang raja terus memakan pisang enak itu seorang diri di dalam tandu yang diangkat oleh para prajuritnya. Karena kekenyangan maka raja itu tertidur pulas, sehingga melupakan amanat pertama dari Petapa Gede. Sang raja tertidur bahkan setelah sampai di kerajaannya sendiri.
Dari sanalah awal mula raja menyukai pisang yang dia beri nama pisang emas, kemudian di hari yang sama dia menyurh seorang tukang kebun istana untuk menanam bakal pisang yang dibawanya dari Petapa Gede.
Tak berapa lama berselang, pisang emas itu berbuah satu tandan penuh dan ketika telah matang, raja langsung menyantapnya seorang diri. Bahkan sang istri juga tidak diberi meski hanya satu biji sekalipun. Kemudian akhirnya raja menghabiskan setandan pisang emas seorang diri. Sehingga melupakan amanat kedua dari Petapa Gede yang diberikan kepadanya.
***
Hari berganti bulan dan tahun berganti tahun-tahun selanjutnya, maka pisang emas milik sang raja semakin banyak dan kini pihak kerajaan bisa menikmatinya meski dengan jumlah terbatas. Raja tidak pernah memberikan satu sisirpun kepada rakyatnya sendiri. Sehingga kabar tentang pisang emas yang terkenal enak itu menyebar ke seluruh penjuru rakyatnya. Akan tetapi sang raja hanya menikmatinya seorang diri tanpa pernah memberikan bakal pohonnya sekalipun untuk bisa ditanam rakyatnya sendiri. Pisang emas adalah pisang kerajaan.
Sudah sejak lama Petapa Gede mendengar secara langsung perihal raja yang telah salah jalan itu, hari demi hari rakyat menemuinya supaya bisa diberi cara agar diberikan izin untuk menanam bakal pisang emas itu. Akan tetapi Petapa Gede tidak memilikinya sehingga rakyat pulang dengan kesedihan yang mendalam.
Melihat kejadian itu maka Petapa Gede mengambil segenggam biji pohon randu dan dimasukkan ke dalam bungkusan kain. Kemudian berkat kekuatan yang dimilikinya ia segera berubah menjadi rakyat miskin dengan pakaian compang-camping. Petapa Gede hendak menguji sang raja.
Raja dan istrinya berada di dalam tandu menuju pondok Petapa Gede, sembari menikmati pisang emas yang disantapnya sejak berangkat dari istana. Ya, sang raja tidak bisa berhenti untuk makan pisang emas dan seakan tergila-gila untuk tetap memakannya. Sehingga istri raja merasa khawatir akan kondisi suaminya dan akan meminta bantuan kepada Petapa Gede.
Raja kaget ketika prajurit yang membawa tandunya berhenti, sehingga berteriak dari dalam,
“Prajurit kenapa kalian berhenti!!” teriak raja dengan nada kesal. Kemudian datang seorang prajurit ke dekat tandunya.
“Maaf, Baginda tapi seseorang menghentikan perjalanan kita." Prajurit segera kembali saat raja keluar dari tandunya.
“Baiklah, entah apa maunya hingga dia berani menghentikanku,” ucap raja yang turun sembari tetap memakan pisang emasnya.
“Baginda Raja, saya memohon kebijaksanaanmu,” ucap lelaki tua yang kurus dan berpakaian compang-camping, “Saya lapar Baginda, bolehkah hamba meminta pisang emas itu.”
Raja seakan naik pitam mendengar permintaan lelaki tua itu. “Berani-beraninya kau meminta pisang kesayanganku ini, bahkan aku rela menggantinya dengan nyawaku sendiri. Camkan itu!” Raja murka dan langsung melemparkan kulit pisang ke wajah lelaki tua itu. Kemudian raja segera kembali ke dalam tandunya sendiri.
Sang raja dan prajuritnya melanjutkan perjalanan menuju pondok Petapa Gede. Sedangkan lelaki tua yang sebenarnya adalah Petapa Gede segera menghilang dengan kekuatannya, kemudian telah sampai di kebun pisang milik raja. Betapa terkejutnya ia saat melihat banyaknya pisang yang ditanam dan hampir siap dipanen. Maka ia segera mengeluarkan bungkusan kain yang berisi biji pohon randu.
“Wahai biji Randu, aku memintamu untuk menyebar ke seluruh penjuru. Tinggallah di setiap pisang dan bakal pisang. Aku rela engkau tinggal di sana.” Petapa Gede berujar sembari mengucapkan doa kemudian meniup semua biji randu yang telah digenggamnya. Semua biji randu akhirnya tertanam di setiap pohon pisang dan bahkan di dalam bakal pohon pisang sekalipun.
***
Tok! Tok! Tok!
Raja mengetuk pintu pondok Petapa Gede dengan keras.
“Petapa Gede! Petapa Gede!” teriak raja yang marah dibalik pintu karena Petapa Gede seakan tidak menghormati kedatangannya.
Kemudian Petapa Gede membuka pintu, “Ada apa Baginda mencari hamba?”
“Kenapa kau tidak cepat membukakan pintu untukku?” tanya raja yang masih tersulut emosinya.
“Sepertinya hamba tidak perlu menjawab itu,” ucap Petapa Gede yang tersenyum. “Hamba hanya ingin mengatakan bahwa Baginda akan kehilangan pisang emas baginda hari ini juga.”
“Kau tidak bisa berkata seperti itu Petapa Gede, kau hanya seorang rakyat sedangkan aku seorang Raja. Ingat itu!” teriak raja dengan menggunakan telunjuknya menunjuk Petapa Gede.
Raja segera pergi dan tidak berniat untuk meminta pertolongan Petapa Gede. Kemudian seperti kunjungan yang lain, sang raja selalu tertidur sampai istana akibat terlalu kekenyangan memakan pisang emasnya.
Akan tetapi tidurnya harus terganggu oleh petani istana yang berteriak dari jauh menuju tandu raja yang baru sampai di istana.
“Baginda Raja, Baginda Raja!” seru petani yang segera bersimpuh di dekat tandu.
Sang Raja segera bangun, “Ada apa kau ini?”
“Maafkan saya, Baginda tapi saya ingin memberi tahu jika semua pisang menjadi jelek.”
Petani dengan berat hati mengatakan pada baginda raja dengan kondisi kebun pisang istana.
“Apa?” raja kaget dan segera berlari menuju kebun pisangnya. “Pisangku!!!”
Betapa terkejutnya sang raja ketika mengetahui bahwa pisang-pisangnya berubah hijau dan kulitnya sangat keras. Kemudian dengan segera ia mengambil satu biji pisang dan ternyata pisang itu memiliki biji hitam yang besar dan banyak. Langsung saja raja membuang pisangnya karena rasanya tidak enak sama sekali.
Sang raja berkali-kali berteriak dan seketika petir datang dan menyambar tubuhnya. Kemudian tubuhnya menjadi kaku dan raja tidak bisa berbicara untuk meminta tolong sama sekali.
Baca juga : Cerita bawang merah bawang putih
Istri raja segera menyusul ke kebun pisang istana dan terkejut melihat sang raja sudah berubah menjadi pohon pisang. Akhirnya seluruh negeri telah mengetahui jika rajanya telah berubah menjadi pohon pisang yang terkutuk. Kemudian Petapa Gede menyebut pohon pisang emas yang berubah menjadi pisang jelek itu dinamainya sebagai pisang Sewu. Petapa Gede juga meminta kepada seluruh rakyat untuk tidak memakan pisang sewu ini selama 5 tahun, karena pisang itu masih menyimpan kutukan yang ditanamnya akibat keserakahan sang Raja.
Tak ada lagi pisang yang disukai sang raja, pisang emas itu menghilang bersama dengan menghilangnya sang raja.
***
Tamat
Pesan moral : kita harus belajar menjadi orang yang dapat dipercaya oleh orang lain. Kemudian kita harus mengetahui jika orang-orang serakah selalu berakhir dengan kondisi yang menyedihkan.
Belum ada Komentar untuk "Cerita rakyat pendek Legenda Asal Mula Pisang Sewu"
Posting Komentar