Cerita dongeng Timun Mas melawan Raksasa Buto Ijo

Cerita dongeng Timun Mas melawan Raksasa Buto Ijo. Salah satu kisah anak yang paling di gemari sebagai pengantar tidur. Cerita ini berasal dari daerah Jawa. yuk kita simak ceritanya.

Srini dan Bayi Ajaib—Banyak batasan yang membentang luas antara kehidupan manusia dan realita yang bersanding di dunia nyata. Perihal usia, keyakinan terhadap sesuatu dan kemampuan untuk berbudi daya. Pada akhirnya mereka selalu berkata “Inilah takdir dari yang kuasa,” terkadang mereka akan menyerah dan pasrah. Namun ada pula yang mau berusaha tanpa henti. Meski kemustahilan sebenarnya adalah hal yang sudah pasti di depan mata. Mereka sandingkan kemustahilan langsung di hadapan sang kuasa, meminta pengecualian untuk berbagai tujuan. Ada yang meminta panjang umur, kesehatan dan juga keturunan. Meminta keturunan juga dilakukan oleh seorang perempuan sepuh yang bernama Srini.

Srini adalah seorang wanita tua yang hidup sebatang kara. Sepeninggal mendiang suaminya ia tidak memiliki siapapun di dunia ini, sehingga hidupnya menjadi sangat kesepian apalagi tanpa kehadiran seorang anak di dalam rumahnya sendiri.
Cerita dongeng Timun Mas melawan Raksasa Buto Ijo
Sumber gambar : sapawarga.com
Srini sudah tua dan tak punya siapa-siapa, sehingga ia menginginkan seseorang yang bisa menemani hari tuanya. Setidaknya seorang anak di dalam hidupnya. Maka setiap hari di sela kesibukan sehari-hari, ia selalu meminta kepada sang kuasa supaya dikarunia seorang anak. Tidak pernah putus ia meminta meskipun doa yang ia panjatkan belum juga dikabulkan setelah sekian lama.

***

Srini sudah terbangun secara tiba-tiba setelah bermimpi dengan raksasa yang berwarna hijau, ia yakini sebagai Buto Ijo yang akan memberinya seorang anak. Asalkan ia mau mengambilnya di hutan tempat biasa mengambil kayu bakar. Antara percaya atau tidak, akhirnya Srini kembali tertidur mungkinsaja akan kembali ia pikirkan esok hari. Rasanya tidak mungkin jika makhluk yang biasa berbuat jahat kepada manusia, tapi kini akan memberinya seorang anak. Beberapa saat Srini hanya berpikikir bahwa mimpinya hanyalah bunga tidur semata, tanpa harus dikaitkan dengan dunia nyata.
Hari telah dimulai saat pagi sudah diterangi matahari yang bersinar di ufuk timur. Musim sedang berpihak pada setiap petani sepertinya, ia bisa bercocok tanam di depan rumah sebagai kegiatan pengusir rasa sepi dan bosan. Ya, ia berniat kembali menanam jenis sayuran untuk ditanam di pekarangan. Akan tetapi disela-sela kegiatannya, Srini kembali mengingat tentang mimpinya semalam.

“Apakah mimpi itu benar?” tanya Srini pada dirinya sendiri. Perlahan mimpi itu menganggu pikirannya untuk beberapa saat kemudian.

Akhirnya berbekal rasa penasaran, Srini berjalan menuju hutan. Ia ingin memastikan kebenaran mimpinya semalam. Jika mimpi itu tak ubahnya sebuah umpan, maka Srini sudah berhasil terjebak dalam umpan Buto Ijo. Ia sendiri menyadari jika raksasa itu sebenarnya suka memakan bangsa manusia, apalagi jika manusia yang serakah dan sombong. Tapi ini tentang usahanya untuk mendapatkan seorang anak yang akan menemani sisa umurnya yang semakin tua dari hari ke hari. Sehingga ia merasa bersemangat ketika dihadapkan dengan kesempatan yang menghampirinya kini.
Sampailah Srini di tengah hutan dan tak sengaja mendapatkan satu bungkusan kecil tergeletak di atas semak-semak. Maka ia mengambilnya dan ketika melihat apa isi di dalam, hanya terdapat satu biji mentimun. Benar saja, ia hanya menganggap bahwa mimpi semalam hanya bunga tidur semata. Srini hendak kembali ke rumah sebab ia tidak menemukan bayi di dalam hutan. Akan tetapi tiba-tiba ia harus berhadapan dengan Buto Ijo yang tiba-tiba datang.

“Hahaha, akhirnya kamu datang juga Srini. Kukira kamu tidak akan datang,” ucap Buto Ijo yang berkacak pinggang dengan bangga.

Sontak saja membuat Srini ketakutan, mungkin saja ini jebakan supaya Buto Ijo ini bisa memakan dirinya.

“Ampun, ampun!” seru Srini yang segera bersimpuh. “Kau jangan memakan aku, ampun!”

“Hahaha!” Buto Ijo kembali tertawa. “Siapa yang ingin memakan dagingmu yang sudah tidak enak itu? Aku? Tentu saja aku tidak akan melakukannya.”

“Lalu kenapa kamu datang ke hadapanku sekarang?” tanya Srini yang merasa aneh.

“Tanamlah biji mentimun itu di pekarangan rumahmu,” ucap Buto Ijo. “Bukankah kamu ingin memiliki seorang anak?”

“Iya, tentusaja aku ingin memilikinya,” jawab Srini sambil menatap bungkusan yang dipegangnya.
“Bagus! Tapi ada syarat yang haru kau penuhi, Srini,” ujar Buto Ijo yang mengajukan sebuah syarat kepada Srini.

“Apa itu?” tanya Srini yang menjadi penasaran.

“Kau harus menyerahkan bayi itu, tepat saat nanti berusia enam belas tahun. Bagaimana, apakah kau setuju?” tanya Buto Ijo yang menunggu jawaban Srini.

Tanpa banyak basa- basi Srini menyetujuinya, “Baiklah, aku menyetujuinya.”

“Bagus, bagus! Sekarang cepatlah pulang dan tanamlah biji mentimun itu, maka dengan segera bayi impianmu itu akan datang dengan sendirinya.” Buto Ijo itu segera menghilang setelah memberinya isyarat tentang biji mentimun yang harus segera ditanam di pekarangan.

Srini dengan perasaan bahagia karena akan memiliki seorang anak itu segera kembali ke rumah. Ia sudah tidak sabar untuk mendapatkan apa yang selama ini didambanya, yakni seorang anak. sesampainya di rumah Srini segera menanam biji mentimun pemberian Buto Ijo, ia berharap jika mentimun yang ditanamnya bisa tumbuh dengan baik.

“Wahai yang maha Kuasa, aku meminta semoga kau jaga biji mentimunku ini, dia adalah masa depan yang aku harapkan.” Srini dengan jelas mengutarakan keinginannya pada sang maha kuasa supaya menjaga mentimunnya.

***

Hari berlalu dengan cepat, dimana Srini sudah melihat pertumbuhan mentimunnya yang semakin besar dari hari ke hari. Tidak ada yang mengira jika mentimun yang ditanamnya akan berukuran sangat besar. Apalagi semakin tua usia mentimun itu maka warnanya berubah menjadi keemasan.
Srini segera memanen buah mentimun raksasa dan berusaha memindahkannya ke dalam rumah. Akan tetapi karena ukurannya terlalu besar, maka tenaga yang ia keluarkan untuk mengangkat mentimun itu tidak juga membuatnya bergeser dengan jarak yang banyak. Ia berpikir untuk membelahnya saja kemudian ia melakukannya. Setelah buah mentimun terbelah sempurna maka ia mengangkat mentimun bagian atas dengan hati hati. Srini sangat terkejut saat melihat isi mentimun raksasanya, seorang bayi tengah meringkuk di dalam tanpa suara tangisan, ia seperti sedang tertidur. bayi yang lucu dan cantik. maka ia dengan segera mengangkat bayi lucu itu ke dalam pangkuan dan membawanya ke dalam rumah untuk dibersihkan dari sisa buah timun yang menempel di seluruh badan bayi ajaib milik Srini.

Srini memberi nama Timun Mas, ya dia akan merawat bayinya dengan sungguh-sungguh. Meskipun Timun Mas bukan anak kandungnya tapi ia akan menyayanginya seperti kepada anak kandungnya sendiri.

Berulangkali Srini mengucap syukur kepada sang Kuasa karena telah diberikan kebahagiaan yang diimpikannya selama ini. Tak akan pernah ia merasa sedih lagi dalam hidupnya, karena hidup yang dilalui Srini kini akan terasa kembali disempurnakan. Ia tidak akan merasa kesepian atau meratapi kesedihan seorang diri. Kini ia sudah memiliki seorang anak dan baginya itu sudah lebih dari cukup untuk menggenapi kebahagiaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Srini dan Timun Mas hidup dengan bahagia meski dengan keadaan yang sederhana dan tanpa harta yang berlimpah. Akan tetapi tetap saja, kebahagiaan mereka berdua lebih dari segalanya.

***

Timun Mas Kalahkan Buto Ijo—Timun Mas tumbuh menjadi gadis cantik yang semakin bertambah usia dari tahun ke tahun. Genaplah enam belas tahun usianya kini, hal itu mulai dikhawatirkan Srini, ibunya. Perlahan Srini mulai memikirkan tentang waktu yang sempat dijanjikan di enam belas tahun sebelumnya. Srini tak akan pernah rela jika anaknya Timun Mas harus diserahkan kepada raksasa Buto Ijo, apalagi bukan untuk disayangi melainkan akan dijadikan santapan makanannya. Keresahan Srini telah membuatnya menjadi pemurung dan tidak bersemangat dalam melakukan segala hal di dalam rutinitasnya. Sehingga hal itu juga menjadi kekhawatiran Timun Mas yang melihat kondisi ibunya menjadi aneh beberapa hari yang lalu. Ditambah lagi ketika Timun Mas untuk pertamakalinya bertanya tentang kondisi Srini. Berkali-kali ia menjawab dengan biasa, seolah tidak terjadi apa-apa. Sehingga setelah kesekian kalinya, akhirnya Srini menjelaskan keresahannya selama ini.

“Anakku Timun Mas, sebenarnya engkau bukanlah anak kandung Ibu.” Srini menjelaskan dengan raut muka yang bingung di hadapan anaknya sendiri.
Sontak saja Timun Mas menjadi sangat kaget mendengar penjelasan ibunya, “Apa maksud Ibu, aku tidak mengerti.” Timun Mas seolah meminta penjelasan kepada ibunya.

Melihat Timun Mas yang kaget itu maka dengan segera Srini menjelaskan kepada Timun Mas tentang asal-usulnya, kemudian tentang perjanjian enam belas tahun yang lalu. Hingga sampailah pada hari dimana kini Timun Mas telah genap enam belas tahun.

“Aku tidak akan pergi bersamanya, Bu. Kumohon, Ibu akan menyelamatkanku dari raksasa itu bukan?” tanya Timun Mas meminta kepada Srini supaya tidak menyerahkannya kepada Buto Ijo.

“Tentusaja Ibu akan berusaha, anakku. Ibu tidak ingin engkau diambil oleh raksasa Buto Ijo itu.” Srini memastikan keselamatan putrinya. Ia akan berusaha untuk mencari cara supaya bisa menyelamatkan putrinya dari ancaman bahaya. Timun Mas harus selamat, hanya itu keyakinan yang kini ia pikirkan dengan serius. Bagaimana caranya?

***

Waktu semakin dekat, dimana Buto Ijo akan datang mengambil Timun Mas dari hidup Srini. Sehingga Srini semakin merasa terdesak untuk memikirkan cara untuk menyelamatkan Timun Mas dari Buto Ijo.

Akhirnya Buto Ijo datang dengan langkahnya yang menggetarkan bumi.

“Wahai, Buto Ijo. Aku tak bisa menyerahkan anakku kepadamu hari ini.” Srini menyampaikan penyesalan di depan Buto Ijo.

“Kenapa? Ada apa, Srini?” tanya Buto Ijo yang kaget.

“Sebab, anakku sedang sakit parah dan perlu kurawat dulu supaya sehat dan siap untuk kuserahkan padamu,” jelas Srini yang menjelaskan bahwa anaknya Timun Mas sedang sakit keras.

“Baiklah, Srini aku akan menunggu.” Buto Ijo itu akhirnya mengerti.”Akan tetapi jika kau hendak ingkar lagi, maka aku akan membawamu juga.”

“Ba.ba.baiklah, aku akan mengingatnya.” Srini segera menjawab meskipun diliputi rasa takut dalam dirinya.

Buto Ijo itu pergi dari rumah Srini dan ia segera masuk ke dalam rumah. Ia segera memberitahukan pada Timun Mas jika Buto Ijo telah pergi. Sehingga Timun Mas tidak perlu lagi berpura-pura sakit. Selanjutnya Srini akan memikirkan kembali cara terbaik untuk mengalahkan Buto Ijo.

Srini hendak menuju sebuah tempat seorang Petapa sakti, ia hendak meminta pertolongannya supaya Timun Mas bisa terselamatkan. Srini tidak akan bisa untuk kehilangan satu-satunya anak di dalam kehidupannya. Tak akan pernah.

Petapa sakti memberikan bungkusan kecil yang berisi biji mentimun, beberapa jarum, sedikit butiran garam dan sejumput terasi. Ia menjelaskan jika semua isi bungkusan itu bisa menjadi alat untuk mengalahkan raksasa Buto Ijo. Senjata itu hanya perlu ditaburkan di atas tanah, sang Petapa sakti meyakinkan bahwa senjata itu sangat ampuh untuk menyelamatkan hidup Timun Mas.

Kemudian Srini segera pulang dan menjelaskan kepada Timun Mas perihal pesan yang disampaikan Petapa sakti kepadanya.

“Terima kasih, Ibu.” Timun Mas segera memeluk Srini, “Engkau memang menepati janjimu.”

“Sama-sama anakku, engkau segalanya untuk Ibu.” Srini mengelus kepala anaknya yang begitu ia cintai. Tak sekalipun ia bisa membayangkan hidup tanpa anaknya, Timun Mas.
Mereka berdua yakin jika raksasa Buto Ijo akan kalah dan hidup Timun Mas akan terselamatkan dari marabahaya.

***

Hari yang ditentukan sudah tiba.

“Srini! Srini!” seru Buto Ijo dari luar rumah Srini. Sontak saja Srini keluar sekaligus mengeluarkan Timun Mas ke pintu belakang.

“Ada apa, Buto Ijo kau memanggilku dengan sangat keras?” tanya Srini yang mencoba untuk mengulur waktu.

“Dimana anak itu, Srini? Cepat serahkan padaku sekarang juga!” pinta Buto Ijo di hadapan Srini.
“Baiklah,” ucap Srini. “Tapi tangkaplah dia jika kau bisa.”

“Apa maksudmu, Srini?” tanya Buto Ijo.

“Lari, anakku! Lari!” seru Srini kepada Timun Mas yang segera berlari jauh untuk menghindar Buto Ijo.

“Tunggu kau, jangan pergi!” seru Buto Ijo pada Timun Mas yang sudah berlari jauh.

Timun Mas terus berlari menjauhi kejaran Buto Ijo yang memiliki langkah lebih jauh daripada kecepatan lari Timun Mas yang hanya seorang manusia biasa. Sehingga ketika ia ingin beristirahat sejenak maka ia membuka bungkusan yang pertama yakni biji mentimun. Kemudian melemparnya dan jadilah kebun mentimun dengan segera, sehingga melilit ke tubuh Buto Ijo ketika ia melewatinya. Akan tetapi setelah Timun Mas kembali berlari, maka Buto Ijo juga berhasil keluar dari jeratan mentimun yang melilit tubuhnya.

Timun Mas terus berlari, ia belum menyerah apalagi bungkusan yang diberikan ibunya juga masih ada beberapa lagi.

“Hei, Timun Mas berhentilah! Aku tak ingin kau kelelahan. Hahaha!” seru Buto Ijo yang tertawa di sela-sela berlari mengejar Timun Mas.

Tanpa sedikitpun memperhatikan seruan Buto Ijo, maka ia langsung melempar bungkusan kedua yakni beberapa batang jarum. Sehingga dengan seketika jarum itu berubah menjadi ladang duri-duri yang tajam. Buto Ijo berteriak kesakitan saat melewati ladang jarum tersebut. Saat itu juga Timun Mas kembali berlari sekuat tenaga untuk segera menjauh dari kejaran Buto Ijo yang ingin menangkapnya.

“Aku tak boleh menyerah, ini belum waktunya.” Berkali-kali Timun Mas berbicara pada dirinya sendiri supaya tak boleh menyerah dengan keadaannya.

Sementara di belakangnya Buto Ijo telah lolos dari kepungan ladang duri meski ia masih kesakitan dengan beberapa luka di tubuhnya. Melihat kesempatan itu, maka Timun Mas segera menaburkan bubuk garam ke tanah. Sehingga dengan seketika menjadi lautan yang sangat luas. Buto Ijo meringis kesakitan ketika melewati lautan, karena tubuhnya memiliki luka sayatan akibat melewati ladang duri yang tajam sebelumnya.

Baca juga : Cerita Sangkuriang

Sedangkan Timun Mas kembali berlari dan mengeluarkan senjata terakhirnya yakni sejumput terasi. Setelah dilempar ke tanah, maka jadilah lumpur yang berwarna kehitaman dan Buto Ijo sudah keluar dari lautan. Ia tidak menyadari bahwa tanah yang dipijaknya telah berubah menjadi lumpur pekat. Kemudian Buto Ijo juga tidak menyadari jika lumpur yang dipijaknya memiliki daya hisap, ia terperosok lebih dalam.

Tak lama kemudian Timun Mas berhenti dan melihat nasib Buto Ijo yang berteriak setelah seluruh badannya tenggelam, hanya kepala dan tangannya yang tersisa di permukaan.

“Tolong! Tolong aku!” seru Buto Ijo yang berteriak berulangkali. Sehingga tenggelamlah seluruh tubuh Buto Ijo tak bersisa.

Timun Mas segera berlari menuju ibunya di rumah. Betapa bahagianya Srini melihat Timun Mas bisa kembali dengan selamat.

Berulangkali Srini mengucapkan syukur kepada sang kuasa karena telah menyelamatkan hidup Timun Mas yang sangat dicintainya. Mereka berdua akhirnya bisa hidup dengan bahagia dan terhindar dari bahaya yang bisa mengancam keduanya. Tak ada lagi raksasa Buto Ijo lainnya yang mengganggu kehidupan mereka berdua. Sungguh kebahagiaan terbesar bagi Srini adalah hidup bersama Timun Mas yang sangat disayanginya. Tak ada yang lain lagi.

***
Selesai

Pesan moral yang dapat diambil dari kisah ini adalah kita diajarkan untuk menjadi manusia yang tidak mudah kalah oleh keadaan. Berusaha menjadi cara wajib untuk mendapatkan suatu cita-cita. Kita tidak akan mengetahui hasil, jika tidak pernah mencobanya.

Desiana P

Belum ada Komentar untuk "Cerita dongeng Timun Mas melawan Raksasa Buto Ijo"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel