Cerpen : Contoh Cerpen Pendidikan yang Seindah Balada Semester Lima

Cerpen Pendidikan. Sumber gambar : Laksatta.com

Contoh Cerpen Pendidikan  –Manusia diciptakan dengan berbagai sisi unik yang dimiliki oleh tiap individunya, sehingga muncul berbagai sikap dan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda-beda. Ya, hal tersebut acapkali disebut sebagai karakter individu. Sebuah karakter biasanya dibangun oleh berbagai macam faktor yang mendukungnya. Seperti pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakat.
Berdasarkan karakter yang kita miliki akan ikut berpengaruh pada pola kehidupan kita sendiri. Seperti halnya dalam kegiatan sastra di indonesia, karakter ikut mendorong setiap orang untuk dapat menyukai atau bahkan sebaliknya. Secara keseluruhan semua orang memang menyukai keindahan, seperti keindahan dalam rangkaian bahasa. Akan tetapi tidak semua orang mau dan mampu menjadi seorang pelaku sastra. Sehingga karya sastra seperti cerita pendek, tidak serta merta disukai oleh berbagai kalangan. Sebagian ada yang menyukai sastra sebagai seorang pendengar atau pembaca suatu karya milik orang lain, kemudian sebaliknya ada yang menjadi seorang pelaku sastra, dimana posisinya sebagai penulis atau pencipta suatu karya.
Baiklah, selanjutnya kita akan membicarakan tentang cerita pendek.
Kenapa setiap orang menyukai cerpen? Jawaban sederhananya adalah karena mereka suka karya yang mereka baca. Kemudian ketika berada di posisi seorang cerpenis yang merasa nyaman dalam penulisan cerpen, bisa saja itu adalah replikasi dari kejadian yang pernah dialami, sehingga Feel atau sense  suatu cerita dapat ditorehkan dalam karya yang apik dan menarik.

Cerpen –Cerita pendek atau cerpen tetap bertahan untuk tetap mengisi sastra di indonesia. Hal tersebut dapat dipertahankan melalui kerjasama tidak langsung antara pembaca dan penulis. Dimana penulis tetap memiliki karya sastra yang sejalan dengan karakter pembaca, yakni adanya ruang tersendiri dari pembaca untuk para cerpenis yang mereka ikuti. Kemudian didukung dengan managerial penerbit yang mengetahui strategi terbaik dalam hal pemasaran karya secara komersial. Dengan demikian simbiosis inilah yang menjadi salah satu alasan bertahannya cerpen di dalam sastra indonesia. Akan tetapi alasan yang lebih komplek memungkinkan cerpen akan tetap eksis sepanjang masa dan tetap mengisi sastra di indonesia.

Ketertarikan para penulis cerpen atau cerpenis juga ikut berpengaruh pada eksistensinya di kalangan pembaca dan penggemar. Ya, banyak yang dapat dibahas dalam sebuah cerita pendek. Kita bisa temukan banyak cerita dengan latar belakang cerita yang berbeda-beda. Meskipun tema cinta adalah tema yang paling sering kita jumpai di dalam literasi, baik secara offline yakni buku fisik dan online yakni webstory online. Akan tetapi beberapa tahun ini para cerpenis juga memunculkan tema yang lebih beragam, seperti tentang Local Wisdom atau kearifan lokal yang membahas keadaan dan budaya yang terjadi di dalam suatu lingkungan kehidupan. Kemudian  tema kesehatan yang akhir-akhir ini juga menjadi salah satu fokus para cerpenis, berkaitan dengan pesan bagi kita supaya mau menjaga kesehatan sendiri. Terakhir yakni tentang gaya hidup seperti tema sampah atau hidup tanpa sampah. Biasanya tema tersebut sekaligus mengajak para pembaca supaya mau mengurangi suplai sampah dalam kehidupan sehari-hari. Semua orang mengetahui kerugian akibat sampah yang tidak terkelola dengan baik.

Tema-tema yang pada hari ini disandingkan bersama dengan tema cinta ini ternyata banyak peminatnya, baik dari cerpenis ataupun dari pembaca itu sendiri. Ya, terkadang kita membutuhkan suasana baru untuk sejenak beralih dari hal-hal yang sudah ada dengan tujuan untuk lebih mengembangkan kualitas hidup seseorang. Apakah akamu juga merasakan hal demikian? 
Maka secara tidak langsung tema-tema yang dipakai oleh para cerpenis itu juga ikut berhasil dalam mendukung keberadaan sastra cerita pendek di indonesia, apalagi hari ini telah banyak para cerpenis baru. Mereka lahir secara mandiri atau berasal dari kelas-kelas menulis yang biasanya dikelola oleh para ahli cerpenis di bidangnya. Kemudian diterbitkan oleh penerbit indie atau mayor yang sama-sama memiliki kualitas terbaik di masyarakat pecinta sastra cerita pendek. Ya, terkadang kita bisa menjadi seorang cerpenis berkat inspirasi dari tokoh cerpenis idola yang sering kita baca karyanya atau berkat situasi kondisi yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari.
Cerpen Pendidikan –Para Cerpenis memiliki kecenderungan tema yang berbeda-beda. Hal tersebut disesuaikan dengan ranah kondisi atau ketertarikan para penulis untuk menuangkannya dalam sebuah karya. Ada juga yang merasa tertantang untuk keluar dari zona nyamannya. Ya, terkadang seorang penulis juga keluar dari kebiasaanya yang sering membuat cerita pendek bertemakan cinta perlahan beralih ke tema yang lainnya. Alasannya mungkin akan berbeda-beda, namun hal tersebut dilakukan setidaknya untuk membuat tantangan terhadap dirinya sendiri. Menguji kemampuan menulisnya dalam berbagai tema, juga hal tersebut dapat diambil langkah positifnya yaitu untuk memperluas keilmuan tentang tulisan. Para penulis terkenal juga berasal dari jalan dimana dia mencari jati diri dalam menulis, mereka mendapatkan itu semua dari banyak percobaan, banyak latihan dan konsistensi untuk tetap berkarya.

Kategori pendidikan menjadi salah satu fokus tema yang juga perlahan disukai oleh para cerpenis dan para pembaca. Ya, banyak cerita yang bisa dituangkan lewat cerita yang bertema pendidikan. Kenapa demikian? Karena terdapat sisi unik di setiap tema yang digunakan seperti halnya tentang pendidikan. Hal tersebut berawal dari kebudayaan kita yang mengomentari pendidikan itu sendiri. Kita dapat mengambil satu perumapamaan berikut ini. Perbedaan wilayah dapat memunculkan perbedaan yang signifikan, kemudian dari perbedaan itulah yang sebenarnya menguarkan banyak inspirasi untuk djadikan cerita pendek. Seperti kegiatan pendidikan yang coba disampaikan pada suku-suku pedalaman di wilayah indonesia. Ya, mereka memiliki perbedaan dalam segi sarana dan pasarana yang ada. Namun persamaannya adalah kita semua tidak dibedakan dalam hal penyampaian materi pelajaran, karena biasanya setiap pelajaran sudah dibakukan dalam kurikulum yang berlaku secara nasional. Keadaan itulah yang melahirkan para cerpenis kreatif untuk mengolahnya ke dalam sebuah cerita pendek. Mereka membuat sesuatu yang unik dan tetap menarik, hal tersebut dilakukan untuk menciptakan kepekaan para pembaca bahkan para penulis itu sendiri dalam menanggapi tema pendidikan secara nyata. Mungkin kita harus istirahat sebentar dari tema-tema tentang pasangan yang disatukan dalam ikatan cinta. Kita semua hampir telah menghapal keadaan tersebut dan hal  itu juga sangat bagus bagi pengontrolan emosi yang lebih baik. Akan tetapi kita juga bisa mulai menikmati cerita bertemakan pendidikan, dimana tema tersebut juga menjadi salah satu tema cerita yang bisa kita masukkan ke dalam list baca mingguan.

Dengan demikian kategori pendidikan menjadi salah satu kategori yang menarik untuk dibahas dan diolah dalam cerita pendek. Apalagi jika penulis cerpen itu sendiri pernah berada dalam situasi yang sedang diceritakan dalam cerpennya sendiri, atau sebaliknya dimana penulis cerita menyaksikan fenomena pendidikan yang ada di lingkungannya sendiri. Sehingga pengolahan cerita melalui proses kreatif yang dilakukan akan terasa lebih mudah. Apalagi jika penulis tersebut barusaja terjun di dalam tema yang baru, maka faktor pengalaman menjadi hal yang dapat mempermudah penulisan dari kesulitan dalam menciptakan karya sastra cerita pendek. Ya, semua kegiatan bermula pada kesukaran yang terkadang membuat kita tak ingin menyelesaikan segala pilihan yang sudah menjadi keputusan sebelumnya. Akan tetapi, konsistensi untuk tetap belajar menjadi modal paling utama dalam menyelesaikan segala bentuk kegiatan. Kemudian selanjutnya kesukaran akan hilang dan berubah menjadi kebiasaan yang menyenangkan.

Contoh Cerpen Pendidikan –Kita telah mengetahui tema sekaligus ketertarikan para cerpenis tentang tema pendidikan. Maka berikut ini disajikan salah satu contoh cerita pendek tentang pendidikan. Supaya kita yang hendak belajar menulis cerita pendek juga bisa berkontribusi lebih bagi kemajuan sastra di indonesia. Penasaran? Baca sekarang juga, di bawah ini! 
 
Balada Semester Lima
Oleh : Desianapetra

Setidaknya aku mencoba, meski hanya sederet penolakan yang kuterima
Kadang hanya restu Tuhan yang aku tuju bukan dari mereka

Pagi barusaja dimulai beberapa menit yang lalu kemudian semburat kuning emas mulai menghiasi jagat raya yang masih segar. Banyak janji-janji yang baru terujar bersama lepasnya embun-embun dari dedaunan. Ya, seperti Arima yang sudah memiliki janji pada dirinya sendiri. Hari ini menjanjikan apalagi ia harus menuntaskan satu tugas terakhir dari fakultas. Tugas kelompok yang sebenarnya hanya dikerjakan oleh dirinya sendiri. Kenapa? Karena kebiasaan yang tidak patut dilestarikan. Ya, tugas numpang nama. Terkadang jadi budaya menarik hati di kampusnya. Sebenarnya ini hari yang berat karena sesuatu yang menakutkan bernama deadline.

Namanya Arima yang semalam kesal karena grup tugas kuliahnya belum menyelesaikan tagihan kelompok. Ya, namanya tugas kelompok jadi dikerjakan bersama-sama, itulah aturan dasarnya. Akan tetapi semuanya seakan hanya bualan kosa kata, karena hampir tidak pernah berlaku di setiap grup tugas yang pernah diikutinya. Hari ini adalah H+1 pengumpulan tugas, itu berarti sebenarnya hari ini dia telat.

Pukul 09.00 bagian barat, Arima bergegas mengunci pintu kontrakan menuju kampusnya yang lumayan sedikit jauh, setidaknya menempuh jalan kaki santai selama lima menit.

“Ada kuliah hari ini, Ar?” tanya seorang tetangga yang menyapa sambil menyapu halaman rumahnya.

“Oh, tidak Bu. Hanya ada sedikit keperluan ke kampus.” Arima menjawab sembari memakai sepatu kemudian menggamit tas kecilnya. “Mari, Bu.”

Arima segera pergi dari halan rumahnya setelah sebelumnya pamit pada tetangganya. Dia berharap obrolan singkat bersama tetangganya ini bisa membuat harinya lebih baik.

***

Tugas kuliah memang sangat banyak jika tidak dikerjakan, bayangkan saja satu dosen bermuatan dua tugas. Yakni individu dan secara kelompok, kemudian dikalikan 11 mata kuliah. Ya, sekilas sangat memberatkan dan membuat setiap mahasiswa berkali-kali menepuk kening. Namun bagi Arima tugas tersebut mudah saja diselesaikan apalagi tugas individu atau mandiri. Akan tetapi selalu tersendat di tugas kelompok yang pengerjaannya melar waktu dan tidak kompak. Apalagi setiap dosen punya strategi tersendiri, misalkan dosen mengungkapkan tenggat waktu pengerjaan dan ancaman tidak bisa naik ke semester selanjutnya, hal itu seolah menjadi bayang-bayang hitam yang menghantui mahasiswa setiap malam sebelum mereka pergi tertidur.

Arima sudah masuk ke dalam kawasan kampus sambil menenteng satu tugas kelompok dari seorang dosen mata kuliah bahasa inggris. Meskipun tipikal dosen tersebut cukup dikenalnya dengan pembawaan yang baik, akan tetapi tetap saja semuanya menakutkan.

Setelah tepat berada di depan kantor fakultas, ia berdiri sejenak memikirkan langkah selanjutnya akan seperti apa. Hingga beberapa saat kemudian ia segera masuk dan menuju meja bagian administrasi.

“Selamat pagi. Anda siapa dan dari semester berapa?" Bu Eni langsung bicara tanpa basa-basi. Mungkinsaja karena beliau sedang sibuk.

“Saya Arima dari semester lima.” Perlahan Arima bisa menguasai suasana dan hatinya. “Mohon bantuannya, Bu.”

“Bantuan apa? Saya bukan pemberi bantuan ya,” Bu Eni memang terkenal seperti itu, ya setidaknya Arima cukup mengenalnya dengan baik.

“Ini, Bu. Saya mau menyerahkan tugas kelompok atas nama dosen bahasa inggris.” Arima segera menyodorkan tugas kelompok yang diberi cover yang senada dengan fakultasnya.

“Oh, tugas kelompok.” Bu Eni segera mengambilnya. “Semoga saja tugas dari bapak ini masih belum diambil dari lokernya. Sebentar saya akan coba periksa.”

Arima berusaha menyembunyikan suasana yang menegangkan. Kabar buruk baginya jika semua tugas milik dosennya itu telah diambil, seperti hidupnya akan segera berakhir dengan jawaban ibu

Eni yang...

Bu Eni telah kembali dengan membawa tugas Arima, “tugas dosen ini sudah diambil, Arima.”
“Aduh, bagaimana Bu. Soalnya ini tugas kelompok, nantinya bisa berpengaruh dengan nilai teman-teman saya.” Arima tidak bisa menyembunyikan kecemasannya.

“Biasanya jika bukan libur seperti ini, pak dosen akan datang di hari selanjutnya. Tapi sekarang berbeda suasana." Bu Eni menjelaskan bahwa beliau tidak bisa membantu banyak.

Akhirnya Arima tidak berhasil menyetorkan tugas kelompoknya, sulitnya lagi dosen ini hanya menerima tugas fisik sehingga terasa semakin menyulitkannya. Dia juga tidak bisa memberikan tugasnya ke kediaman dosennya secara langsung, karena ia mendapat kabar dari ibu Eni jika dosen tersebut akan liburan full time di bandung.

Arima hanya menghembuskan nafas berat. Bayang-bayang akan mengulang mata kuliah semakin membuatnya tidak tenang. Sesekali ia menegadah ke atas hanya untuk sekedar menahan air mata yang ingin keluar.

“Kenapa ini sulit sekali, Tuhan aku takut!” lirihnya sesekali ketika menyusuri jalan menuju kontrakannya.

Di tengah kekalutannya ia juga bersiap untuk pulang ke rumah. Ia juga akan menikmati liburan semester yang sedikit abu-abu. Ya, antara senang dan tidak, apalagi semua teman satu grupnya tidak ia beritahu. Semuanya hanya untuk alasan menenangkan diri dan menghindari rasa kecewa saja.
Langkah selanjutnya adalah Arima akan menyetorkan tugasnya di semester baru. Entahlah, itu sedikit menyeramkan.

***

Liburan juga tidak terasa menyenangkan saat hidup masih tertambat pada utang tugasnya yang belum juga diserahkan ke dosen. Ya, ia tahu jika ini sudah telat. Tapi bagaimana pun ia akan mencoba lagi dan lagi sampai berhasil. Terkadang Arima berubah menjadi manusia batu yang ogah mendengarkan aturan yang sudah berlaku di kampusnya.

Semester baru dengan kelas baru dan tugas lama. Perlahan senyumnya kembali memudar jika mengingat tugas klipping yang kini ada di dalam tasnya. Setelah melihat jadwal baru, ia berencana untuk menyerahkan tugasnya secara langsung dan memohon maaf sebiasanya. Ya, rencana itulah yang akan dilakukannya sehingga ia memiliki kekuatan berlebih untuk bisa semangat menuju kampus.

Suasana riuh kembali menguar dan menghidupkan kembali dunia kampus yang sempat berhenti oleh liburan semester. Arima segera masuk ke dalam kelas dan mulai kembali menyapa semua kawan-kawannya.

“Bagaimana liburanmu, Arima?” tanya Ricky yang sudah datang dan duduk di sebelahnya.
“Aku hanya di rumah." Arima hanya berucap seperlunya.

“Eh ngomong-ngomong soal tugas kita di semester kemarin. Kudengar jika kita tidak melengkapinya maka..” Reva seperti sedang membuat semua orang penasaran. “Maka mereka harus mengulangnya di semester selanjutnya.”

Semua orang terperangah, termasuk Armi yang sedang minum. “Benarkah, berarti kita dobel mata kuliah?” Armi panik mendengarnya hingga matanya membulat sempurna.

Tanpa suara Reva hanya menganggukkan kepalanya. Sontak saja itu membuat semua orang menjadi panik.

“Arima, bagaimana tugas kita sudah kamu setorkan tempo kemarin sebelum libur?” tanya Esa yang menjadi salah satu anggota grup tugas di semester lima. Ia seolah mewakili pertanyaan Ipa yang juga menghampirinya untuk menanyakan tugas kelompoknya tersebut.

“Tentusaja." Arima ragu. Berkali-kali dia melanjutkan perkataannya dalam hati. “Iya, akan saya setorkan sebentar lagi.”

“Berarti kita selamat dari kuliah ulang.” Ipa merasa tenang sambil bertepuk tangan. “Baiklah, Arima kamu memang bisa diandalkan.”

Tanpa jawaban Arima hanya tersenyum untuk menyembunyikan rasa kalutnya yang berlebihan. Setelah itu Esa dan Ipa segera berlalu menuju kantin.

***

Waktu masih menunjukkan pukul empat sore dan kelas telah berakhir, selanjutnya dengan langkah cepat Arima menuju ruang fakultas. Sekali lagi ia akan mencobanya. Awalnya ia sedikit tak bersemangat apalagi jika dosen yang dimaksud tidak bisa ditemukannya, ia hampir putus asa karena tidak juga menemukannya. Setelah kembali mengedarkan pandangannya, akhirnya ia menemukan dosen semester limanya. Kemudian dengan langkah cepat untuk segera menghampirinya.

“Apa itu?” tanya dosennya yang sedang berdiri melihat klipping yang dipegangnya.

“Ini tugas kelompok semester kemarin, Pak.” Arima menyerahkan klippingnya. “Maaf telat, pak.”
“Iya, bagaimana ini.” Pak dosen memberikan jawaban gamang. “nilai sudah saya setorkan ke pusat seminggu yang lalu.”

“Pak, saya mohon kebijaksanaannya.” Arima harus tetap mencari peluang tugasnya dapat diterima. “Sehari setelah deadline saya menyerahkan ke kampus, tapi katanya tugas milik bapak sudah di pick up.”

“Baiklah, saya mau tanya sebelumnya.” Pak dosen segera menutup tugas milik Arima.”Kenapa kamu mau menyerahkan tugas ini ketika semesterpun sudah berganti?”
Arima mengambil nafas, ia seperti sedang presentasi di depan audiens.”Ini tugas kelompok, Pak. Bagaimanapun nilai kami ada di tugas ini, lagipula saya ikut bertanggungjawab dengan nasib nilai teman-teman saya.”

“Benarkah, demikian?” Pak dosen kembali memastikan.

“Betul, Pak. Saya enggak apa-apa jika nilai saya dikurangi asalkan teman-teman saya lulus tugas ini.” Arima memohon pada dosennya. Disela itu ia hampir putus asa karena itulah alasan terakhir yang bisa ia ungkapkan. Arima kembali menahan air matanya yang mencoba keluar.

Pak Dosen kemudian melipat kedua tangannya di dada. “Baiklah, itu tidak masalah. Kemudian soal tugas ini sebenarnya mudah saja karena saya sudah berikan nilai ke pusat. Jadi kamu tidak perlu khawatir.”

Arima merasa sangat lega, senyumnya kembali mengembang. “serius, Pak? Kami selamat?”
“Iya, kalian tidak usah khawatir.” Pak dosen kembali menjawab. “Sebenarnya bagi saya tugas itu sangat penting. Tapi yang seperti inilah yang saya cari, ketika sebagian mahasiswa acuh dengan tugasnya yang belum mereka setorkan.”

“Syukurlah. Saya sangat lega mendengarnya." Arima benar-benar merasa telah melepaskan seluruh bebannya sendiri.

Kemudian Pak dosen memukul bahu Arima dengan klippingnya sambil tertawa. “Tapi, awas ini terakhir kalinya.”

“Siap, Pak.” Arima mengacungkan jempolnya. Ya, sebenarnya Arima cukup mengenal pribadi dosen bahasa inggris tersebut, jadi wajar jika mereka bercanda seperti demikian. Akan tetapi etika ketika belajar di dalam kelas harus tetap diutamakan, karena dosen adalah dosen yang menyampaikan materi kepada mahasiswa di kelasnya.

***

Semester lima berlalu begitu saja dengan tanpa satupun tunggakkan tugas dan administrasi. Selanjutnya semester di angka enam, tujuh dan delapan terasa mudah untuk dilalui Arima dengan baik. Lusa menjadi hari pentingnya, ia bersiap untuk pergi dari almamaternya sendiri. Malam ini Arima sedang menatap lekat seperangkat busana yang akan dikenakannya. Ya, akhir dari perkuliahan tak lain adalah wisuda dan menjadi seorang sarjana muda.

Kemudian untuk sejenak Arima, semua teman-teman dan adik-adik tingkatnya harus mengakhiri pertemuan rutin di kampusnya. Mereka akan bertemu di tempat lain, di dunia yang sesungguhnya tanpa bangku belajar di dalam kelas. Semuanya telah diatur dengan baik, dimana mahasiswa akan menjadi sarjana dan dosen akan tetap pada pengabdian untuk menjadikan tiap mahasiswanya berhasil di hari depan. Ya, sebuah pengabdian yang menyenangkan.

Selesai


Cerpen bertemakan pendidikan layak untuk kita lirik sebagai tema baru yang pantas mengisi lemari-lemari sastra di indonesia. Kegiatan menulis cerita pendek juga tidak harus dilakukan oleh para cerpenis terkenal. Tetapi siapa saja yang berminat untuk mendalami sastra cerita pendek, maka banyak kesempatan sudah terbuka lebar sebagai kegiatan pembelajaran. Semoga setelah membaca artikel ini, kita bisa segera memulai untuk menulis sebuah cerita pendek pertama.

Masih ragu untuk menulis cerpen bertemakan pendidikan?

Coba saja dulu, nanti baru kita akan tahu.

Belum ada Komentar untuk "Cerpen : Contoh Cerpen Pendidikan yang Seindah Balada Semester Lima"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel