Cerita Rakyat Timun Mas sang bayi ajaib dan mampu melawan raksasa
Cerita Rakyat : Timun Mas
1. Bayi Ajaib Bernama Timun Mas
1. Timun emas melawan raksasa
Seorang anak akan lahir ke dunia dengan berbagai cara
Terkadang dengan cara yang berdarah-darah.
Atau selalu meminta pada yang Kuasa, meminta keajaiban.
Keajaiban itulah yang selalu diminta seorang wanita paruh baya bernama Mbok Srini. Sepeninggal suaminya yang telah tiada beberapa tahun lalu, terbersit di dalam hatinya untuk memiliki seorang yang hanya hidup sebatang kara. Ya, Mbok Srini tidak memiliki anak seorangpun pada pernikahan dengan mendiang suaminya. Ia merasa membutuhkan seseorang yang bisa menemani masa tuanya yakni seorang anak.
Mbok Srini paham dengan kondisinya yang tidak memiliki anak, akan tetapi ia berulangkali berdoa pada yang kuasa supaya dapat memiliki anak dengan cara apa saja. Setiap hari, Mbok Srini tidak pernah berhenti berdoa dan sembahyang supaya bisa memiliki setidaknya seorang anak. Seseorang yang kelak dapat menghapus rasa sepi dan sedihnya. Dia terus berdoa dan berharap bahwa yang Kuasa akan mengabulkan permintaannya, disertai keyakinan dalam harapan besarnya yang sederhana. Memiliki seorang anak.
Berkat doa Mbok Srini yang tidak pernah terputus, maka keajaiban itu perlahan terjadi. Pada suatu malam Mbok Srini bermimpi di dalam tidurnya, ia didatangi seorang raksasa yang sangat besar ukurannya.
“Wahai, Srini apakah benar kamu menginginkan seorang anak?” tanya raksasa yang berdiri di hadapan Mbok Srini.
“Iya, Raksasa aku memang menginginkannya.” Mbok Srini membenarkan perkataan Raksasa.
“Aku bisa memberimu seorang anak,” ucap raksasa kemudian.
“Benarkah? Dimana anak itu sekarang?” tanya Mbok Srini yang sangat antusias.
"Aku sudah di sana di dalam hutan, di sana sudah kuletakkan bungkusan kebahagiaanmu.”
Kemudian Mbok Srini tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Ia terjaga untuk beberapa saat, mempertanyakan mimpi yang barusaja dialaminya.
“Benarkah mimpi itu?” tanya Mbok Srini berkali-kali di dalam hatinya sendiri. Kemudian kembali tidur dan besok hari baru akan ia pikirkan lagi tentang mimpinya barusan.
Saat suasana pagi sudah menyapa dengan matahari yang mengeluarkan cahaya keemasaanya yang cantik. Secara tiba-tiba Mbok Srini kembali mengingat mimpinya semalam yang bertemu raksasa. Maka berbekal rasa penasaran dengan kebenaran mimpinya, ia selanjutnya pergi dari rumah menuju hutan, dimana ia terbiasa mengambil kayu bakar. Sekaligus ingin membuktikan perkataan raksasa semalam tentang seorang anak.
Mbok Srini terus berjalan masuk ke dalam hutan tanpa sedikitpun rasa takut yang berlebihan. Sesampainya ia di tempat yang disarankan raksasa pada dirinya, kemudian ia mencari bungkusan yang dimaksud si raksasa. Setelah mencari akhirnya ia bisa menemukannya. Tapi bukan seorang bayi, melainkan hanya biji dari buah mentimun.
Dengan langkah gontai, maka Mbak Srini hendak kembali menuju rumahnya dengan perasaan yang seperti tidak dipedulikan. Tiba-tiba Mbok Srini terkejut, seorang raksasa yang pernah ada di dalam mimpinya sudah ada di hadapannya.
Raksasa itu tertawa sambil berkacak pinggang. “Ha, haha! Srini, akhirnya kau mengikuti saranku!”
“Ampun Raksasa, jangan memakanku!” seru Mbok Srini yang ketakutan, dia segera duduk bersimpuh.
“Siapa juga yang ingin memakanmu, dagingmu sudah tidak enak.” Raksasa itu enggan menyantap Mbok Srini yang memang sudah tua. “Tanamlah, biji mentimun itu dan nanti akan datang seorang bayi yang kamu inginkan.”
“Benarkah, Raksasa?” tanya Mbok Srini sambil memandangi bungkusan biji mentimun yang dipegangnya.
“Akan tetapi kamu harus berjanji kepadaku,” lanjut raksasa kemudian.
“Janji apa itu, Raksasa?” tanya Mbok Srini yang sudah terlanjur bahagia akan memiliki seorang anak.
“Kamu harus menyerahkan anak itu ketika dia sudah beranjak dewasa,” ucap raksasa yang sekarang mengubah posisi duduknya menjadi sedikit jongkok ke arah Mbok Srini. “setidaknya setelah enam belas tahun, bagaimana?”
“Aku akan menyanggupi syaratmu itu, Raksasa," jawab Mbok Srini.
“Bagus, bagus. Setidaknya setelah enam belas tahun aku bisa menyantapnya,” ujar raksasa yang berlalu dari hadapan Mbok Srini.
Sedikit rasa takut sempat menghantui pikiran Mbok Srini, tapi hal itu jadi mudah untuk dilupakan. Sebab dia sangat bahagia akan memiliki seorang anak yang akan menemani hari-hari sepinya.
Mbok Srini segera melangkah pergi, ia tidak berniat untuk mengambil kayu bakar. Kebahagiaan yang menyelimutinya sudah dianggap cukup untuk dibawanya dibandingkan dengan satu ikat kayu bakar.
Mbok Srini sudah menanam biji mentimun yang diberikan raksasa kepadanya. Ia merawatnya dengan sangat baik tanpa sedikitpun ada yang akan mengganggu pertumbuhan mentimunnya. Selalu dikontrolnya setiap satu jam sekali dan sesekali membuang daun-daun yang kering atau berjatuhan.
Seminggu lamanya Mbok Srini harus menunggu mentimunnya tumbuh. hari demi hari mentimun ajaib itu berubah menjadi semakin besar dan berwarna keemasan. Ada yang membuatnya aneh dengan mentimun ajaib yang tumbuh dengan sangat besar. Setelah ia yakin bahwa mentimunnya sudah siap panen maka ia segera mencari sebilah pisau dari dapurnya.
Kemudian ia memotong dari pangkal mentimun dengan sangat hati-hati. mentimun itu coba ditariknya tapi sangat berat karena ukurannya yang terlalu besar. Berkali-kali ia berusaha untuk memindahkan mentimun besar itu dengan sekuat tenaga, setelah sekuat tenaga untuk menariknya tapi mentimun besar itu hanya bergeser sedikit saja.
Mbok Srini hampir putus asa dengan usahanya, maka ia berinisiatif untuk segera membelah mentimun raksasanya. Kemudian dengan sangat hati-hati dan secara perlahan maka dibelahnya sampai menjadi dua bagian memanjang. Setelah selesai dibelah dengan sempurna, maka ia mengangkatnya dan betapa terkejut Mbok Srini melihat isi mentimun raksasa. Seorang bayi ada di dalam buah mentimunnya. Dengan airmata bahagia ia segera memangku bayi lucu yang tidak menangis itu.
“Ini anakkku,” ucap Mbok Srini yang masih menangis. “Aku akan memberimu nama Timun Mas,”
Rasa bahagia tidak lagi terbendung di dalam dirinya. Kemudian ia segera membawa bayinya Timun Mas ke dalam rumah untuk segera dibersihkan dari sisa-sisa kotoran yang masih menempel di badan bayinya yang lucu.
Mbok Srini merawat Timun Mas dan mendidiknya dengan baik. Meskipun mereka hidup dalam keadaan yang sederhana. Akan tetapi tidak mengurangi rasa sayangnya kepada Timun Mas meskipun ia bukan anak kandungnya sendiri. Berkali-kali ia bersyukur kepada yang Kuasa atas kebahagiaan dan rezeki yang diberikan padanya. Tak ada kebahagiaan lain terkecuali memiliki seorang anak yang baik, lucu dan cantik seperti Timun Mas.
Suatu hari Timun Mas bertanya dimana bapaknya sekarang, maka Mbok Srini dengan perkataan yang lembut mengatakan jika bapaknya telah lama meninggal dunia. Ya, Timun Mas kecil belum diberi kesempatan olehnya untuk mengetahui kebenaran tentang asal muasalnya yang ajaib dan menjadi kebahagiaan Mbok Srini.
Hari demi hari berlalu dengan begitu saja dan terasa cepat untuk dilalui, hal itu disadari Mbok Srini. Ia berpikir bahwa hal itu terjadi karena hidupnya kini bahagia bersama putrinya Timun Mas yang tidak pernah membuatnya kecewa sedikitpun.
Pesan Moral:
berdoa dan berusaha adalah modal utama untuk mewujudkan segala keinginan, cita-cita dan impian. Percayalah itu!
Baca Juga : Dongeng sebelum tidur tentang Binatang untuk anak
Enam belas tahun berlalu dengan cepat. Sehingga Mbok Srini kembali mengingat janjinya kepada raksasa yang mengirimkan Timun Mas dahulu.
Suatu malam Mbok Srini bermimpi dalam tidurnya dan kembali bertemu dengan raksasa yang pernah ditemuinya enam belas tahun yang lalu.
“Hai, Srini aku datang kepadamu untuk menagih janjiku enam belas tahun lalu!” seru raksasa yang tiba-tiba datang di dalam mimpi Mbok Srini.
“Ba..baiklah,” jawab Mbok Srini yang gugup.
“Kenapa kamu, Srini? Kau akan menepati janjimu, bukan?” tanya raksasa yang berkacak pinggang dan seperti hendak murka.
“Aku tidak apa-apa, Raksasa. Aku akan memberikan anakku padamu," ucap Mbok Srini.
“Baiklah, setidaknya tujuh hari lagi aku akan menjemputnya.” Si Raksasa mengangguk sendiri. “Kau harus mempersiapkannya, Srini.”
Ketakutan yang dialami Mbok Srini terbawa hingga ia tiba-tiba terbangun.”Tidakk!”
Tentusaja teriakan itu membuat Timun Mas terbangun dari tidur, “Ibu, kenapa berteriak?” tanya Timun Mas yang khawatir melihat ibunya sudah berlinang air mata.
“Ibu tidak ingin kehilanganmu, anakku!” seru Mbok Srini langsung memeluk Timun Mas yang bingung.
“Ibu, kenapa? Tentusaja aku tidak akan kemana-mana,” ujara Timun Mas dengan segera mengusap punggung ibunya yang masih panik. Kemudian perlahan melepaskan pelukannya.
“Ibu bermimpi apa? Kenapa Ibu ketakutan seperti ini?” tanya Timun Mas yang ikut khawatir dengan keadaan ibunya sendiri.
Mbok Srini merasa sudah tenang dan ia merasa ini waktu yang tepat untuk Timun Mas mengetahui asal usul anaknya. Kemudian Mbok Srini menjelaskan pada anaknya dengan sangat terperinci, mulai dari ia bertemu dengan raksasa di alam mimpi sampai dengan mimpi keduanya yang terjadi malam ini.
“Tidak, Ibu. Aku tidak ingin dibawa oleh Raksasa itu," pinta Timun Mas yang menangis.
“Tentusaja Ibu tidak akan menyerahkanmu kepadanya,” ujar Mbok Srini yang menenangkan putrinya.
Sejak malam itu, Mbok Srini mencoba memikirkan cara supaya anaknya Timun Mas bisa selamat dari bahaya raksasa yang akan membawanya pergi.
Setelah waktu yang dijanjikan tiba, maka Mbok Srini menyuruh anaknya Timun Mas untuk berpura-pura sakit keras supaya raksasa jahat itu tidak berani membawanya. Kemudian cara itu akhirnya berhasil mengusir kedatangan raksasa dari rumahnya.
“Berikan aku waktu tiga hari supaya bisa menyembuhkan penyakitnya terlebih dahulu.” Mbok Srini mengundur waktu dengan alasannya untuk melindungi Timun Mas dari raksasa jahat.
“Tapi jika kau mengingkarinya lagi, maka dengan terpaksa aku juga akan membawamu juga, Srini,” ucap raksasa yang mulai marah karena Mbok Srini tidak menepati janjinya. Kemudian ia pergi dengan keadaan yang kesal.
Satu hari menjelang hari yang dijanjikan, Mbok Srini pergi kepada seorang Petapa yang merupakan sahabat dari mendiang suaminya. Ia ingin meminta nasihat dan pertolongan kepadanya. Setelah Petapa itu mengetahui maksud kedatangannya maka ia mulai mengerti maksud kedatangan Mbok Srini dan bersedia untuk menolongnya.
“Tunggulah sebentar, aku akan mengambil sesuatu dari dalam rumahku.” Petapa itu segera masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil sesuatu yang dapat menolong hidup anaknya, Timun Mas.
Tanpa banyak bicara, Mbok Srini hanya mengangguk sebagai tanda mengerti.
Tak berapa lama, akhirnya Petapa itu membawa bungkusan kecil yang segera diserahkan kepadanya.
“Srini, berikan empat bungkusan kecil ini kepada anakmu. Ini akan berguna untuk menolongnya dari Raksasa jahat itu.” Petapa menjelaskan pada Mbok Srini dengan detail. Dimana bungkusan itu berisi biji timun, beberapa jarum, butiran garam dan terasi.
“Terima kasih, Petapa. Engkau mau membantu kami," ujar Mbok Srini yang hendak pergi.
“Srini, taburkan setiap isi bungkusan itu di atas tanah.” Petapa itu kembali menjelaskan caranya menggunakan semua bungkusan ajaib itu.
“Baik, Petapa saya mengerti.” Mbok Srini memahami maksud Petapa. Ia segera pergi setelah berpamitan dengan Petapa yang kembali melanjutkan meditasinya. Kemudian segera berlari menuju rumahnya untuk diberikan kepada anaknya. Timun Mas sedang menyapu halaman saat Mbok Srini pulang dari Petapa yang memberikan bantuan kepadanya.
“Timun Mas anakku, kemarilah!" ajak Mbok Srini supaya masuk ke dalam rumah.
“Seorang Petapa memberikan bantuannya supaya kamu bisa selamat dari Raksasa jahat itu,” ucap Mbok Srini dan langsung memberikan bungkusan kecil yang ada di dalam saku bajunya.
“Apa ini, Ibu?” tanya Timun Mas memandangi bungkusan kecil yang sedang dipegangnya.
Mbok Srini menjelaskan kepada Timun Mas sesuai pesan yang disampaikan oleh Petapa padanya, kemudian Timun Mas dengan cepat memahami maksud ibunya, Mbok Srini.
“Baiklah, Ibu. Timun Mas sudah mengerti.” Timun Mas bicara dengan sangat percaya diri. “Besok Timun Mas akan mengalahkan Raksasa jahat itu.”
Sejak pagi buta Timun Mas sudah bersiap dengan peralatan yang harus dibawanya. Sebentar lagi raksasa jahat akan datang ke rumahnya. Setelah semua beres, maka Mbok Srini dan Timun Mas tinggal menunggu saja dan terdengarlah dari luar oleh mereka berdua.
“Srini, Srini keluar! Mana janjimu itu!” seru raksasa dari luar. Langsung saja Mbok Srini hendak menuju keluar sedangkan Timun Mas sudah keluar melalui pintu belakang.
Secara perlahan Mbok Srini membuka pintu supaya perkiraannya tepat. “Kenapa kau berteriak Raksasa. Aku masih bisa mendengar suaramu!”
“Ha..haha! keluar juga kau rupanya, Srini!” seru raksasa jahat yang sudah berkacak pinggang di depan rumah Mbok Srini. “Mana janjimu itu, Srini!”
“Dia sudah lari, Raksasa,” jawab Mbok Srini yang tersenyum puas.
“Apa maksudmu, Srini?” tanya raksasa dengan nada tinggi.
“Lari Timun Mas! Lari!” seru Mbok Srini supaya anaknya Timun Mas segera menjauh dari rumahnya.
“Aaaaa! Dasar manusia pembohong!” ujar raksasa yang kesal. Ia segera mengejar Timun Mas. “Jangan lari kau, Timun Mas!”
Timun Mas berlari sekuat tenaga supaya menjauh dari raksasa jahat yang akan melukainya. Ia mulai merasa lelah maka ia mengeluarkan bungkusan biji mentimun dan melemparnya ke tanah. Seketika berubah menjadi ladang mentimun yang langsung saja melilit tubuh raksasa. Terdengar suara minta tolong dari raksasa jahat itu, tapi ia berhasil lolos dari jeratan mentimun. Kemudian Timun Mas kembali berlari sembari melemparkan bungkusan yang berisi jarum, kemudian langsung berubah menjadi kebun duri-duri yang tajam. Akan tetapi raksasa itu belum mengalah juga, ia sempat kesakitan karena tertusuk duri, namun bisa lolos dengan segera. Kemudian dia berkelakar,
“Aku ini raksasa yang kuat, Timun Mas,” ucap raksasa yang terus mengejar Timun Mas dengan kaki-kakinya yang lebar.
“Aku tidak takut denganmu, Raksasa jahat!” seru Timun Mas seraya kembali melemparkan
bungkusan yang berisi garam. Kemudian langsungsaja berubah menjadi lautan yang luas dan dalam. Sesekali raksasa tenggelam dan muncul lagi ke permukaan, kemudian berkat kemampuannya lagi-lagi raksasa berhasil lolos.
Timun Mas masih berlari menjauh kemudian mengambil bungkusan terakhir dengan sedikit putus asa.
“Tuhan semoga engkau membinasakannya!” seru Timun Mas dan segera melemparkan bungkusan terasinya. Ya, itu senjata terakhir yang dimilikinya.
Terasi yang dilempar Timun Mas berubah menjadi kubangan lumpur yang luas. Sementara itu si raksasa tidak takut untuk melaluinya dan langsung masuk ke dalam kubangan lumpur untuk mengejar Timun Mas. Akan tetapi, lumpur tersebut adalah lumpur hisap yang membuat si raksasa terperosok dan tersedot ke dalam.
“Tolong, tolong!!” jerit raksasa jahat yang sekarang hanya terlihat tangannya saja. Ya raksasa jahat itu tenggelam dalam kubangan lumpur hisap.
Timun Mas merasa sangat bahagia karena selamat dari kejaran raksasa yang akan melukainya, kemudian ia segera menuju rumah dan langsung memanggil ibunya Mbok Srini.
“Ibu, Ibu!” seru Timun Mas. “Aku pulang.”
“Anakku, Timun Mas!” jerit Mbok Srini yang keluar dari dalam rumah dan langsung menyambut anaknya yang kembali dengan selamat.
Mereka menangis bahagia karena kemalangan tidak menimpa mereka berdua. Setelah kejadian itu, tak ada lagi raksasa jahat yang hendak mengambil Timun Mas dari Mbok Srini. Mereka hidup bahagia tanpa kekurangan kebahagiaan sedikitpun.
Pesan Moral :
Kita bisa meminta bantuan kepada orang-orang yang sekiranya dapat membantu kita dengan senang hati. Jangan sesekali memaksakan sesuatu, bisa saja itu akan jadi alasan kita tidak disukai oleh siapapun di muka bumi.
1. Bayi Ajaib Bernama Timun Mas
1. Timun emas melawan raksasa
Sumber gambar : sapawarga.com |
Seorang anak akan lahir ke dunia dengan berbagai cara
Terkadang dengan cara yang berdarah-darah.
Atau selalu meminta pada yang Kuasa, meminta keajaiban.
Keajaiban itulah yang selalu diminta seorang wanita paruh baya bernama Mbok Srini. Sepeninggal suaminya yang telah tiada beberapa tahun lalu, terbersit di dalam hatinya untuk memiliki seorang yang hanya hidup sebatang kara. Ya, Mbok Srini tidak memiliki anak seorangpun pada pernikahan dengan mendiang suaminya. Ia merasa membutuhkan seseorang yang bisa menemani masa tuanya yakni seorang anak.
Mbok Srini paham dengan kondisinya yang tidak memiliki anak, akan tetapi ia berulangkali berdoa pada yang kuasa supaya dapat memiliki anak dengan cara apa saja. Setiap hari, Mbok Srini tidak pernah berhenti berdoa dan sembahyang supaya bisa memiliki setidaknya seorang anak. Seseorang yang kelak dapat menghapus rasa sepi dan sedihnya. Dia terus berdoa dan berharap bahwa yang Kuasa akan mengabulkan permintaannya, disertai keyakinan dalam harapan besarnya yang sederhana. Memiliki seorang anak.
***
Berkat doa Mbok Srini yang tidak pernah terputus, maka keajaiban itu perlahan terjadi. Pada suatu malam Mbok Srini bermimpi di dalam tidurnya, ia didatangi seorang raksasa yang sangat besar ukurannya.
“Wahai, Srini apakah benar kamu menginginkan seorang anak?” tanya raksasa yang berdiri di hadapan Mbok Srini.
“Iya, Raksasa aku memang menginginkannya.” Mbok Srini membenarkan perkataan Raksasa.
“Aku bisa memberimu seorang anak,” ucap raksasa kemudian.
“Benarkah? Dimana anak itu sekarang?” tanya Mbok Srini yang sangat antusias.
"Aku sudah di sana di dalam hutan, di sana sudah kuletakkan bungkusan kebahagiaanmu.”
Kemudian Mbok Srini tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Ia terjaga untuk beberapa saat, mempertanyakan mimpi yang barusaja dialaminya.
“Benarkah mimpi itu?” tanya Mbok Srini berkali-kali di dalam hatinya sendiri. Kemudian kembali tidur dan besok hari baru akan ia pikirkan lagi tentang mimpinya barusan.
Saat suasana pagi sudah menyapa dengan matahari yang mengeluarkan cahaya keemasaanya yang cantik. Secara tiba-tiba Mbok Srini kembali mengingat mimpinya semalam yang bertemu raksasa. Maka berbekal rasa penasaran dengan kebenaran mimpinya, ia selanjutnya pergi dari rumah menuju hutan, dimana ia terbiasa mengambil kayu bakar. Sekaligus ingin membuktikan perkataan raksasa semalam tentang seorang anak.
Mbok Srini terus berjalan masuk ke dalam hutan tanpa sedikitpun rasa takut yang berlebihan. Sesampainya ia di tempat yang disarankan raksasa pada dirinya, kemudian ia mencari bungkusan yang dimaksud si raksasa. Setelah mencari akhirnya ia bisa menemukannya. Tapi bukan seorang bayi, melainkan hanya biji dari buah mentimun.
Dengan langkah gontai, maka Mbak Srini hendak kembali menuju rumahnya dengan perasaan yang seperti tidak dipedulikan. Tiba-tiba Mbok Srini terkejut, seorang raksasa yang pernah ada di dalam mimpinya sudah ada di hadapannya.
Raksasa itu tertawa sambil berkacak pinggang. “Ha, haha! Srini, akhirnya kau mengikuti saranku!”
“Ampun Raksasa, jangan memakanku!” seru Mbok Srini yang ketakutan, dia segera duduk bersimpuh.
“Siapa juga yang ingin memakanmu, dagingmu sudah tidak enak.” Raksasa itu enggan menyantap Mbok Srini yang memang sudah tua. “Tanamlah, biji mentimun itu dan nanti akan datang seorang bayi yang kamu inginkan.”
“Benarkah, Raksasa?” tanya Mbok Srini sambil memandangi bungkusan biji mentimun yang dipegangnya.
“Akan tetapi kamu harus berjanji kepadaku,” lanjut raksasa kemudian.
“Janji apa itu, Raksasa?” tanya Mbok Srini yang sudah terlanjur bahagia akan memiliki seorang anak.
“Kamu harus menyerahkan anak itu ketika dia sudah beranjak dewasa,” ucap raksasa yang sekarang mengubah posisi duduknya menjadi sedikit jongkok ke arah Mbok Srini. “setidaknya setelah enam belas tahun, bagaimana?”
“Aku akan menyanggupi syaratmu itu, Raksasa," jawab Mbok Srini.
“Bagus, bagus. Setidaknya setelah enam belas tahun aku bisa menyantapnya,” ujar raksasa yang berlalu dari hadapan Mbok Srini.
Sedikit rasa takut sempat menghantui pikiran Mbok Srini, tapi hal itu jadi mudah untuk dilupakan. Sebab dia sangat bahagia akan memiliki seorang anak yang akan menemani hari-hari sepinya.
Mbok Srini segera melangkah pergi, ia tidak berniat untuk mengambil kayu bakar. Kebahagiaan yang menyelimutinya sudah dianggap cukup untuk dibawanya dibandingkan dengan satu ikat kayu bakar.
***
Mbok Srini sudah menanam biji mentimun yang diberikan raksasa kepadanya. Ia merawatnya dengan sangat baik tanpa sedikitpun ada yang akan mengganggu pertumbuhan mentimunnya. Selalu dikontrolnya setiap satu jam sekali dan sesekali membuang daun-daun yang kering atau berjatuhan.
Seminggu lamanya Mbok Srini harus menunggu mentimunnya tumbuh. hari demi hari mentimun ajaib itu berubah menjadi semakin besar dan berwarna keemasan. Ada yang membuatnya aneh dengan mentimun ajaib yang tumbuh dengan sangat besar. Setelah ia yakin bahwa mentimunnya sudah siap panen maka ia segera mencari sebilah pisau dari dapurnya.
Kemudian ia memotong dari pangkal mentimun dengan sangat hati-hati. mentimun itu coba ditariknya tapi sangat berat karena ukurannya yang terlalu besar. Berkali-kali ia berusaha untuk memindahkan mentimun besar itu dengan sekuat tenaga, setelah sekuat tenaga untuk menariknya tapi mentimun besar itu hanya bergeser sedikit saja.
Mbok Srini hampir putus asa dengan usahanya, maka ia berinisiatif untuk segera membelah mentimun raksasanya. Kemudian dengan sangat hati-hati dan secara perlahan maka dibelahnya sampai menjadi dua bagian memanjang. Setelah selesai dibelah dengan sempurna, maka ia mengangkatnya dan betapa terkejut Mbok Srini melihat isi mentimun raksasa. Seorang bayi ada di dalam buah mentimunnya. Dengan airmata bahagia ia segera memangku bayi lucu yang tidak menangis itu.
“Ini anakkku,” ucap Mbok Srini yang masih menangis. “Aku akan memberimu nama Timun Mas,”
Rasa bahagia tidak lagi terbendung di dalam dirinya. Kemudian ia segera membawa bayinya Timun Mas ke dalam rumah untuk segera dibersihkan dari sisa-sisa kotoran yang masih menempel di badan bayinya yang lucu.
***
Mbok Srini merawat Timun Mas dan mendidiknya dengan baik. Meskipun mereka hidup dalam keadaan yang sederhana. Akan tetapi tidak mengurangi rasa sayangnya kepada Timun Mas meskipun ia bukan anak kandungnya sendiri. Berkali-kali ia bersyukur kepada yang Kuasa atas kebahagiaan dan rezeki yang diberikan padanya. Tak ada kebahagiaan lain terkecuali memiliki seorang anak yang baik, lucu dan cantik seperti Timun Mas.
Suatu hari Timun Mas bertanya dimana bapaknya sekarang, maka Mbok Srini dengan perkataan yang lembut mengatakan jika bapaknya telah lama meninggal dunia. Ya, Timun Mas kecil belum diberi kesempatan olehnya untuk mengetahui kebenaran tentang asal muasalnya yang ajaib dan menjadi kebahagiaan Mbok Srini.
Hari demi hari berlalu dengan begitu saja dan terasa cepat untuk dilalui, hal itu disadari Mbok Srini. Ia berpikir bahwa hal itu terjadi karena hidupnya kini bahagia bersama putrinya Timun Mas yang tidak pernah membuatnya kecewa sedikitpun.
***
Bersambung
Pesan Moral:
berdoa dan berusaha adalah modal utama untuk mewujudkan segala keinginan, cita-cita dan impian. Percayalah itu!
Baca Juga : Dongeng sebelum tidur tentang Binatang untuk anak
Timun Mas Melawan Raksasa Jahat
Sumber gambar :ArtStation |
Suatu malam Mbok Srini bermimpi dalam tidurnya dan kembali bertemu dengan raksasa yang pernah ditemuinya enam belas tahun yang lalu.
“Hai, Srini aku datang kepadamu untuk menagih janjiku enam belas tahun lalu!” seru raksasa yang tiba-tiba datang di dalam mimpi Mbok Srini.
“Ba..baiklah,” jawab Mbok Srini yang gugup.
“Kenapa kamu, Srini? Kau akan menepati janjimu, bukan?” tanya raksasa yang berkacak pinggang dan seperti hendak murka.
“Aku tidak apa-apa, Raksasa. Aku akan memberikan anakku padamu," ucap Mbok Srini.
“Baiklah, setidaknya tujuh hari lagi aku akan menjemputnya.” Si Raksasa mengangguk sendiri. “Kau harus mempersiapkannya, Srini.”
Ketakutan yang dialami Mbok Srini terbawa hingga ia tiba-tiba terbangun.”Tidakk!”
Tentusaja teriakan itu membuat Timun Mas terbangun dari tidur, “Ibu, kenapa berteriak?” tanya Timun Mas yang khawatir melihat ibunya sudah berlinang air mata.
“Ibu tidak ingin kehilanganmu, anakku!” seru Mbok Srini langsung memeluk Timun Mas yang bingung.
“Ibu, kenapa? Tentusaja aku tidak akan kemana-mana,” ujara Timun Mas dengan segera mengusap punggung ibunya yang masih panik. Kemudian perlahan melepaskan pelukannya.
“Ibu bermimpi apa? Kenapa Ibu ketakutan seperti ini?” tanya Timun Mas yang ikut khawatir dengan keadaan ibunya sendiri.
Mbok Srini merasa sudah tenang dan ia merasa ini waktu yang tepat untuk Timun Mas mengetahui asal usul anaknya. Kemudian Mbok Srini menjelaskan pada anaknya dengan sangat terperinci, mulai dari ia bertemu dengan raksasa di alam mimpi sampai dengan mimpi keduanya yang terjadi malam ini.
“Tidak, Ibu. Aku tidak ingin dibawa oleh Raksasa itu," pinta Timun Mas yang menangis.
“Tentusaja Ibu tidak akan menyerahkanmu kepadanya,” ujar Mbok Srini yang menenangkan putrinya.
***
Sejak malam itu, Mbok Srini mencoba memikirkan cara supaya anaknya Timun Mas bisa selamat dari bahaya raksasa yang akan membawanya pergi.
Setelah waktu yang dijanjikan tiba, maka Mbok Srini menyuruh anaknya Timun Mas untuk berpura-pura sakit keras supaya raksasa jahat itu tidak berani membawanya. Kemudian cara itu akhirnya berhasil mengusir kedatangan raksasa dari rumahnya.
“Berikan aku waktu tiga hari supaya bisa menyembuhkan penyakitnya terlebih dahulu.” Mbok Srini mengundur waktu dengan alasannya untuk melindungi Timun Mas dari raksasa jahat.
“Tapi jika kau mengingkarinya lagi, maka dengan terpaksa aku juga akan membawamu juga, Srini,” ucap raksasa yang mulai marah karena Mbok Srini tidak menepati janjinya. Kemudian ia pergi dengan keadaan yang kesal.
***
Satu hari menjelang hari yang dijanjikan, Mbok Srini pergi kepada seorang Petapa yang merupakan sahabat dari mendiang suaminya. Ia ingin meminta nasihat dan pertolongan kepadanya. Setelah Petapa itu mengetahui maksud kedatangannya maka ia mulai mengerti maksud kedatangan Mbok Srini dan bersedia untuk menolongnya.
“Tunggulah sebentar, aku akan mengambil sesuatu dari dalam rumahku.” Petapa itu segera masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil sesuatu yang dapat menolong hidup anaknya, Timun Mas.
Tanpa banyak bicara, Mbok Srini hanya mengangguk sebagai tanda mengerti.
Tak berapa lama, akhirnya Petapa itu membawa bungkusan kecil yang segera diserahkan kepadanya.
“Srini, berikan empat bungkusan kecil ini kepada anakmu. Ini akan berguna untuk menolongnya dari Raksasa jahat itu.” Petapa menjelaskan pada Mbok Srini dengan detail. Dimana bungkusan itu berisi biji timun, beberapa jarum, butiran garam dan terasi.
“Terima kasih, Petapa. Engkau mau membantu kami," ujar Mbok Srini yang hendak pergi.
“Srini, taburkan setiap isi bungkusan itu di atas tanah.” Petapa itu kembali menjelaskan caranya menggunakan semua bungkusan ajaib itu.
“Baik, Petapa saya mengerti.” Mbok Srini memahami maksud Petapa. Ia segera pergi setelah berpamitan dengan Petapa yang kembali melanjutkan meditasinya. Kemudian segera berlari menuju rumahnya untuk diberikan kepada anaknya. Timun Mas sedang menyapu halaman saat Mbok Srini pulang dari Petapa yang memberikan bantuan kepadanya.
“Timun Mas anakku, kemarilah!" ajak Mbok Srini supaya masuk ke dalam rumah.
“Seorang Petapa memberikan bantuannya supaya kamu bisa selamat dari Raksasa jahat itu,” ucap Mbok Srini dan langsung memberikan bungkusan kecil yang ada di dalam saku bajunya.
“Apa ini, Ibu?” tanya Timun Mas memandangi bungkusan kecil yang sedang dipegangnya.
Mbok Srini menjelaskan kepada Timun Mas sesuai pesan yang disampaikan oleh Petapa padanya, kemudian Timun Mas dengan cepat memahami maksud ibunya, Mbok Srini.
“Baiklah, Ibu. Timun Mas sudah mengerti.” Timun Mas bicara dengan sangat percaya diri. “Besok Timun Mas akan mengalahkan Raksasa jahat itu.”
***
Sejak pagi buta Timun Mas sudah bersiap dengan peralatan yang harus dibawanya. Sebentar lagi raksasa jahat akan datang ke rumahnya. Setelah semua beres, maka Mbok Srini dan Timun Mas tinggal menunggu saja dan terdengarlah dari luar oleh mereka berdua.
“Srini, Srini keluar! Mana janjimu itu!” seru raksasa dari luar. Langsung saja Mbok Srini hendak menuju keluar sedangkan Timun Mas sudah keluar melalui pintu belakang.
Secara perlahan Mbok Srini membuka pintu supaya perkiraannya tepat. “Kenapa kau berteriak Raksasa. Aku masih bisa mendengar suaramu!”
“Ha..haha! keluar juga kau rupanya, Srini!” seru raksasa jahat yang sudah berkacak pinggang di depan rumah Mbok Srini. “Mana janjimu itu, Srini!”
“Dia sudah lari, Raksasa,” jawab Mbok Srini yang tersenyum puas.
“Apa maksudmu, Srini?” tanya raksasa dengan nada tinggi.
“Lari Timun Mas! Lari!” seru Mbok Srini supaya anaknya Timun Mas segera menjauh dari rumahnya.
“Aaaaa! Dasar manusia pembohong!” ujar raksasa yang kesal. Ia segera mengejar Timun Mas. “Jangan lari kau, Timun Mas!”
Timun Mas berlari sekuat tenaga supaya menjauh dari raksasa jahat yang akan melukainya. Ia mulai merasa lelah maka ia mengeluarkan bungkusan biji mentimun dan melemparnya ke tanah. Seketika berubah menjadi ladang mentimun yang langsung saja melilit tubuh raksasa. Terdengar suara minta tolong dari raksasa jahat itu, tapi ia berhasil lolos dari jeratan mentimun. Kemudian Timun Mas kembali berlari sembari melemparkan bungkusan yang berisi jarum, kemudian langsung berubah menjadi kebun duri-duri yang tajam. Akan tetapi raksasa itu belum mengalah juga, ia sempat kesakitan karena tertusuk duri, namun bisa lolos dengan segera. Kemudian dia berkelakar,
“Aku ini raksasa yang kuat, Timun Mas,” ucap raksasa yang terus mengejar Timun Mas dengan kaki-kakinya yang lebar.
“Aku tidak takut denganmu, Raksasa jahat!” seru Timun Mas seraya kembali melemparkan
bungkusan yang berisi garam. Kemudian langsungsaja berubah menjadi lautan yang luas dan dalam. Sesekali raksasa tenggelam dan muncul lagi ke permukaan, kemudian berkat kemampuannya lagi-lagi raksasa berhasil lolos.
Timun Mas masih berlari menjauh kemudian mengambil bungkusan terakhir dengan sedikit putus asa.
“Tuhan semoga engkau membinasakannya!” seru Timun Mas dan segera melemparkan bungkusan terasinya. Ya, itu senjata terakhir yang dimilikinya.
Terasi yang dilempar Timun Mas berubah menjadi kubangan lumpur yang luas. Sementara itu si raksasa tidak takut untuk melaluinya dan langsung masuk ke dalam kubangan lumpur untuk mengejar Timun Mas. Akan tetapi, lumpur tersebut adalah lumpur hisap yang membuat si raksasa terperosok dan tersedot ke dalam.
“Tolong, tolong!!” jerit raksasa jahat yang sekarang hanya terlihat tangannya saja. Ya raksasa jahat itu tenggelam dalam kubangan lumpur hisap.
Timun Mas merasa sangat bahagia karena selamat dari kejaran raksasa yang akan melukainya, kemudian ia segera menuju rumah dan langsung memanggil ibunya Mbok Srini.
“Ibu, Ibu!” seru Timun Mas. “Aku pulang.”
“Anakku, Timun Mas!” jerit Mbok Srini yang keluar dari dalam rumah dan langsung menyambut anaknya yang kembali dengan selamat.
Mereka menangis bahagia karena kemalangan tidak menimpa mereka berdua. Setelah kejadian itu, tak ada lagi raksasa jahat yang hendak mengambil Timun Mas dari Mbok Srini. Mereka hidup bahagia tanpa kekurangan kebahagiaan sedikitpun.
***
Tamat
Pesan Moral :
Kita bisa meminta bantuan kepada orang-orang yang sekiranya dapat membantu kita dengan senang hati. Jangan sesekali memaksakan sesuatu, bisa saja itu akan jadi alasan kita tidak disukai oleh siapapun di muka bumi.
Desiana P
Belum ada Komentar untuk "Cerita Rakyat Timun Mas sang bayi ajaib dan mampu melawan raksasa"
Posting Komentar