Kisah Anak Katak yang Sombong dan Lembu Baik Hati
Rumah Katak - Pada suatu hari diceritakan sebuah kisah dari desa yang hijau. Dimana hanya ada hamparan padang rumput yang luas dan hijau. Di sana juga terdapat sebuah kolam yang cukup luas, dimana di sanalah tempat dan rumah yang nyaman bagi puluhan keluarga katak. Ya, tidak ada yang pernah mengganggu kehidupan mereka. Sehingga dikenal sebagai rumah para katak.
Setiap pagi Katak menyambut hari dengan suka cita, mereka bersuara dengan gembira dan tentu saja suara yang khas. Kemudian para anak Katak akan berjemur di luar atau tepatnya di dekat bebatuan yang berserakan. Mereka bisa berjemur dan bermain bersama kawan-kawan seusianya.
Ada seekor anak katak yang memiliki ukuran tubuh lebih besar. Dimana ia bertubuh besar dan tegap sehingga si anak katak merasa bangga, bangga yang berlebihan. Semua kawan seusianya menganggap jika si anak katak besar itu sangat sombong.
Oh iya, anak katak yang besar itu bernama Titok. Ya, semua mengenalnya demikian. Meskipun semua teman bermainnya tidak menyukai si Titok, tetap saja ia masih bisa bermain dan berjemur setiap hari.
“Titok memang hebat ya,” ujar seekor anak katak ketika si Titok berhasil berenang melintasi kolam.
“Tentu saja aku memang terbaik,” ucap si Titok di hadapan semua teman-temannya. Tak lupa ia juga menepuk dada dengan bangga.
Semua anak katak saling berpandangan satu sama lain, tentu saja mereka kembali menyaksikan anak katak sombong bernama Titok.
Kemudian si Titok pergi tanpa pamit menuju rumahnya untuk sarapan pagi. Sedangkan yang lainnya masih di tempat bermain, para orangtua belum memanggil anak-anaknya untuk makan. Sehingga mereka melanjutkan permainan dan sebagiannya lagi masih diam berjemur di bawah sinar matahari.
Setiap sore para katak di rumah katak akan berenang santai di kolam. Ya, mereka selalu merasa nyaman berkumpul bersama para keluarga katak. Mereka bersenda gurau tentang keseharian mereka dengan segala rutinitas. Kemudian mereka akan menyudahi perkumpulan mereka saat malam sudah hampir dimulai. Atau tepatnya ketika matahari baru saja tenggelam dan langit menjadi gelap.
Akan tetapi si Titok tidak pernah sekalipun mengikuti kegiatan perkumpulan sore. Si Titok setiap sore selalu tidur di kamarnya, lalu dia akan makan setelah bangun nanti. Setelah makan maka si Titok akan berendam sendirian di kolam. Ia akan pulang saat semua anggota keluarganya tidur.
Selalu saja ia pulang terlambat karena si Titok mencari makanan kecil setelah berendam di kolam.
Begitulah kegiatan si Titok sehari-hari, kemudian saat pagi baru saja dimulai maka ibu Titok akan membangunkan si Titok, ibunya akan memarahi si Titok karena pulang terlambat lagi dan lagi. Tapi lagi dan lagi ia akan bangun terlambat.
Dengan demikian pertumbuhan si Titok tidak teratur. Tubuhnya terbentuk lebih besar dari anak-anak katak lainnya, hal itu terjadi karena pencernaan tubuh tidak teratur. Diakibatkan oleh pola makan dan gaya hidup tidak teratur.
“Titok bangun! Sudah siang!” teriak ibunya dari dapur.
Suara itu akhirnya bisa menembus kamar Titok dan membuatnya bangun dari tidur. Ia bangun dengan malas meskipun hari sudah beranjak siang.
Kemudian Titok keluar dari kamarnya dan menuju ibunya yang masih di dapur. Ibu Titok menyadari kedatangan anaknya di dapur.
“Titok anakku, kamu harus bersiap pagi besok,” ucap Ibu Titok yang menghampiri anaknya.
“Memangnya kenapa, Bu?” tanya si Titok penasaran.
Besok adalah jadwal dimana Titok akan memulai rutinitas baru. Adalah latihan melompat. Dimana semua bangsa katak menandakan fase latihan tersebut sebagai fase awal menuju usia siap dan meninggalkan fase menjadi anak-anak.
Titok tidak bahagia pun tidak sedih, ia hanya perlu mempersiapkan diri supaya besok bisa melakukannya. Kemudian menjadi katak muda terbaik adalah hal yang penting. Hanya itu.
Pada Suatu Pagi--Tibalah dimana si Titok akan melaksanakan latihan lompat. Dimana semua anak katak baru akan dibimbing seorang pelatih yang handal. Lokasi bertempat di padang rumput dan dimulai pada sore hari. Hal itu dilakukan supaya menghindari para sapi di pagi hari, kemudian berlindung dari terik matahari di siang hari. Sehingga sore hari menjadi waktu yang paling cocok.
Akan tetapi si Titok sudah berada di padang rumput seorang diri. Ia ingin belajar terlebih dahulu supaya nanti sore ia bisa lebih unggul dari yang lain. Kemudian si Titok mulai belajar melompat-lompat.
Kemudian datanglah sekelompok lembu ke padang rumput, langkahnya cukup menggetarkan permukaan tanah. Sehingga membuat si Titok kaget. Lalu kawanan lembu itu segera menyantap rumput segar di pagi hari.
Dari sekian banyak kawanan lembu, ternyata ada seekor anak lembu berjalan bersama ibunya. Hal itu terjadi karena anak lembu masih menyusui pada induknya.
Anak lembu itu akan berlari, melompat berulang kali. Kemudian kembali menuju induknya untuk kembali minum susu.
Ya, si Titok menyadari kejadian itu dan untuk pertama kalinya dia melihat sekelompok hewan besar sedang berada di padang rumput. Barulah ia akui jika perkataan ibunya kemarin memang benar.
Di tengah lamunannya tiba-tiba si anak lembu makan rumput di tempat dekat si Titok. Maka ia pun terkejut ketika tanpa sengaja si Lembu menjilat tubuh si Titok ketika mengambil rumput lalu memakannya.
“Hei kau, Lembu sampai hati engkau mau memakanku?” tanya si Titok marah.
Si Lembu yang tengah asik mengunyah rumput berhenti makan.
“Apa maksud anda, Tuan Katak? Siapa yang ingin memakanmu?” Si Lembu merasa bungung dengan pertanyaan si Titok.
“Kau baru saja akan memakanku bahkan kau sudah menjilat tubuhku.” Si Titok berkata dengan ekspresi yang berapi-api.
“Tapi aku tidak makan daging, Titok.” Si Lembu kembali menjelaskan. “makananku adalah rumput ini. Namun bisa jadi ini salah paham, maka aku minta maaf.”
“Aku tidak terima diperlakukan seperti ini,” ucap si Titok yang berjalan menuju arah si Lembu. “aku akan melawanmu.”
Si Lembu merasa aneh dengan satu katak ini, ia merasa jika katak ini belum mengetahui ekosistem alam. Dimana hewan seperti si Lembu adalah vegetarian atau hanya makan rumput.
Di sisi lain si Titok berusaha untuk menunjukkan diri dengan cara bersiap untuk membuat gelembung di dadanya. Biasanya semua teman-teman kataknya mereka akan kagum sekaligus ketakutan. Kemudian akan berkata jika si Titok hebat.
Tapi setelah si Titok berhasil membuat gelembung agungnya, sekalipun si Lembu tidak memberikan reaksi. Malah ia terlihat seperti kebingungan melihat tongkah si Titok.
Tak berhenti sampai di situ, si Titok terus berusaha menekan tubuhnya supaya tercipta gelembung terbesar yang pernah ada.
Akan tetapi sesuatu yang buruk terjadi, dimana si Titok merasa kehabisan tenaga dan kekuatan dirinya. Sehingga tubuhnya menjadi lemas dan tak bisa bangun. Ya, sekarang ia pingsan kemudian si anak Lembu pergi menuju rumah katak, ia memberitahukan nasib si Titok kepada keluarganya.
Datanglah keluarga si Titok dan melihat keadaannya dengan khawatir. Kemudian semua keluarga si Titok membawanya pulang.
Si Titok harus istirahat secara penuh selama beberapa hari. Selama ia istirahat barulah ia menyadari jika selama ini tak ada yang benar-benar mengagumi kekuatan yang dimilikinya. Sekalipun itu hanyalah kesombongan semata.
Setelah kejadian di padang rumput, maka si Titok menjadi anak katak yang berubah menjadi baik. Ia rajin ikut latihan dan berusaha menjadi katak yang baik untuk dirinya sendiri dan teman-temannya.
Pesan moral yang dapat diperoleh dari kisah ini adalah kita tidak boleh sombong. Sebab orang yang bersifat demikian sebenarnya tidak akan pernah memiliki seorang teman di dalam hidupnya.
Desiana P
Setiap pagi Katak menyambut hari dengan suka cita, mereka bersuara dengan gembira dan tentu saja suara yang khas. Kemudian para anak Katak akan berjemur di luar atau tepatnya di dekat bebatuan yang berserakan. Mereka bisa berjemur dan bermain bersama kawan-kawan seusianya.
Kisah Anak Katak |
Ada seekor anak katak yang memiliki ukuran tubuh lebih besar. Dimana ia bertubuh besar dan tegap sehingga si anak katak merasa bangga, bangga yang berlebihan. Semua kawan seusianya menganggap jika si anak katak besar itu sangat sombong.
Oh iya, anak katak yang besar itu bernama Titok. Ya, semua mengenalnya demikian. Meskipun semua teman bermainnya tidak menyukai si Titok, tetap saja ia masih bisa bermain dan berjemur setiap hari.
“Titok memang hebat ya,” ujar seekor anak katak ketika si Titok berhasil berenang melintasi kolam.
“Tentu saja aku memang terbaik,” ucap si Titok di hadapan semua teman-temannya. Tak lupa ia juga menepuk dada dengan bangga.
Semua anak katak saling berpandangan satu sama lain, tentu saja mereka kembali menyaksikan anak katak sombong bernama Titok.
Kemudian si Titok pergi tanpa pamit menuju rumahnya untuk sarapan pagi. Sedangkan yang lainnya masih di tempat bermain, para orangtua belum memanggil anak-anaknya untuk makan. Sehingga mereka melanjutkan permainan dan sebagiannya lagi masih diam berjemur di bawah sinar matahari.
Setiap sore para katak di rumah katak akan berenang santai di kolam. Ya, mereka selalu merasa nyaman berkumpul bersama para keluarga katak. Mereka bersenda gurau tentang keseharian mereka dengan segala rutinitas. Kemudian mereka akan menyudahi perkumpulan mereka saat malam sudah hampir dimulai. Atau tepatnya ketika matahari baru saja tenggelam dan langit menjadi gelap.
Akan tetapi si Titok tidak pernah sekalipun mengikuti kegiatan perkumpulan sore. Si Titok setiap sore selalu tidur di kamarnya, lalu dia akan makan setelah bangun nanti. Setelah makan maka si Titok akan berendam sendirian di kolam. Ia akan pulang saat semua anggota keluarganya tidur.
Selalu saja ia pulang terlambat karena si Titok mencari makanan kecil setelah berendam di kolam.
Begitulah kegiatan si Titok sehari-hari, kemudian saat pagi baru saja dimulai maka ibu Titok akan membangunkan si Titok, ibunya akan memarahi si Titok karena pulang terlambat lagi dan lagi. Tapi lagi dan lagi ia akan bangun terlambat.
Dengan demikian pertumbuhan si Titok tidak teratur. Tubuhnya terbentuk lebih besar dari anak-anak katak lainnya, hal itu terjadi karena pencernaan tubuh tidak teratur. Diakibatkan oleh pola makan dan gaya hidup tidak teratur.
“Titok bangun! Sudah siang!” teriak ibunya dari dapur.
Suara itu akhirnya bisa menembus kamar Titok dan membuatnya bangun dari tidur. Ia bangun dengan malas meskipun hari sudah beranjak siang.
Kemudian Titok keluar dari kamarnya dan menuju ibunya yang masih di dapur. Ibu Titok menyadari kedatangan anaknya di dapur.
“Titok anakku, kamu harus bersiap pagi besok,” ucap Ibu Titok yang menghampiri anaknya.
“Memangnya kenapa, Bu?” tanya si Titok penasaran.
Besok adalah jadwal dimana Titok akan memulai rutinitas baru. Adalah latihan melompat. Dimana semua bangsa katak menandakan fase latihan tersebut sebagai fase awal menuju usia siap dan meninggalkan fase menjadi anak-anak.
Titok tidak bahagia pun tidak sedih, ia hanya perlu mempersiapkan diri supaya besok bisa melakukannya. Kemudian menjadi katak muda terbaik adalah hal yang penting. Hanya itu.
***
Pada Suatu Pagi--Tibalah dimana si Titok akan melaksanakan latihan lompat. Dimana semua anak katak baru akan dibimbing seorang pelatih yang handal. Lokasi bertempat di padang rumput dan dimulai pada sore hari. Hal itu dilakukan supaya menghindari para sapi di pagi hari, kemudian berlindung dari terik matahari di siang hari. Sehingga sore hari menjadi waktu yang paling cocok.
Akan tetapi si Titok sudah berada di padang rumput seorang diri. Ia ingin belajar terlebih dahulu supaya nanti sore ia bisa lebih unggul dari yang lain. Kemudian si Titok mulai belajar melompat-lompat.
Kemudian datanglah sekelompok lembu ke padang rumput, langkahnya cukup menggetarkan permukaan tanah. Sehingga membuat si Titok kaget. Lalu kawanan lembu itu segera menyantap rumput segar di pagi hari.
Dari sekian banyak kawanan lembu, ternyata ada seekor anak lembu berjalan bersama ibunya. Hal itu terjadi karena anak lembu masih menyusui pada induknya.
Anak lembu itu akan berlari, melompat berulang kali. Kemudian kembali menuju induknya untuk kembali minum susu.
Ya, si Titok menyadari kejadian itu dan untuk pertama kalinya dia melihat sekelompok hewan besar sedang berada di padang rumput. Barulah ia akui jika perkataan ibunya kemarin memang benar.
Di tengah lamunannya tiba-tiba si anak lembu makan rumput di tempat dekat si Titok. Maka ia pun terkejut ketika tanpa sengaja si Lembu menjilat tubuh si Titok ketika mengambil rumput lalu memakannya.
“Hei kau, Lembu sampai hati engkau mau memakanku?” tanya si Titok marah.
Si Lembu yang tengah asik mengunyah rumput berhenti makan.
“Apa maksud anda, Tuan Katak? Siapa yang ingin memakanmu?” Si Lembu merasa bungung dengan pertanyaan si Titok.
“Kau baru saja akan memakanku bahkan kau sudah menjilat tubuhku.” Si Titok berkata dengan ekspresi yang berapi-api.
“Tapi aku tidak makan daging, Titok.” Si Lembu kembali menjelaskan. “makananku adalah rumput ini. Namun bisa jadi ini salah paham, maka aku minta maaf.”
“Aku tidak terima diperlakukan seperti ini,” ucap si Titok yang berjalan menuju arah si Lembu. “aku akan melawanmu.”
Si Lembu merasa aneh dengan satu katak ini, ia merasa jika katak ini belum mengetahui ekosistem alam. Dimana hewan seperti si Lembu adalah vegetarian atau hanya makan rumput.
Di sisi lain si Titok berusaha untuk menunjukkan diri dengan cara bersiap untuk membuat gelembung di dadanya. Biasanya semua teman-teman kataknya mereka akan kagum sekaligus ketakutan. Kemudian akan berkata jika si Titok hebat.
Tapi setelah si Titok berhasil membuat gelembung agungnya, sekalipun si Lembu tidak memberikan reaksi. Malah ia terlihat seperti kebingungan melihat tongkah si Titok.
Tak berhenti sampai di situ, si Titok terus berusaha menekan tubuhnya supaya tercipta gelembung terbesar yang pernah ada.
Akan tetapi sesuatu yang buruk terjadi, dimana si Titok merasa kehabisan tenaga dan kekuatan dirinya. Sehingga tubuhnya menjadi lemas dan tak bisa bangun. Ya, sekarang ia pingsan kemudian si anak Lembu pergi menuju rumah katak, ia memberitahukan nasib si Titok kepada keluarganya.
Datanglah keluarga si Titok dan melihat keadaannya dengan khawatir. Kemudian semua keluarga si Titok membawanya pulang.
Si Titok harus istirahat secara penuh selama beberapa hari. Selama ia istirahat barulah ia menyadari jika selama ini tak ada yang benar-benar mengagumi kekuatan yang dimilikinya. Sekalipun itu hanyalah kesombongan semata.
Setelah kejadian di padang rumput, maka si Titok menjadi anak katak yang berubah menjadi baik. Ia rajin ikut latihan dan berusaha menjadi katak yang baik untuk dirinya sendiri dan teman-temannya.
***
Selesai
Pesan moral yang dapat diperoleh dari kisah ini adalah kita tidak boleh sombong. Sebab orang yang bersifat demikian sebenarnya tidak akan pernah memiliki seorang teman di dalam hidupnya.
Desiana P
Silahkan di kunjungi ya teman teman 100% Memuaskan
BalasHapus> Hoki anda ada di sini <
1 USER ID UNTUK SEMUA GAME
Kami memberi bukti bukan Janji
Daftar sekarang juga di www.dewalotto.club
MIN DEPO & WD HANYA Rp.20.000,-
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
WHATSAPP : ( +855 69312579 ) 24 JAM ONLINE
MELAYANI TRANSAKSI VIA BANK :
BCA - MANDIRI - BRI - BNI - DANAMON-NIAGA
Raihlah Mimpi Anda Setiap Hari & Jadilah Pemenang !!!